Kolom Ganggas Yusmoro: Hantu di Ujung September, Taktik Mancing Mania Pak Jokowi

Menyimak cara Pak Dhe menyikapi sirkuit kemelut di negeri ini, seringkali seperti melihat berbagai pertunjukan. Kadang seperti melihat sendra tari, kadang seperti melihat opera, kadang seperti melihat drama panjang yang penuh sensasi, kadang seperti melihat stand pp comedy.

Dinamika politik entah mengapa saat Pak Jokowi bekerja, bekerja dan bekerja justru tidak diapresiasi oleh manusia – manusia pembenci. Mereka mengaku lebih beragama namun ternyata begitu konyol berbuat keji dengan memfitnah, mengadu domba, bahkan tidak tahu diri, dengan meremehkan orang lain.




Tragedi silih berganti, berkecamuk dari para oposisi menggoreng apapun yang terjadi. Namun, setiap muncul tragedi yang semua orang sudah tahu dan paham akan tujuannya itu, yakni ingin melengserkan Jokowi. Semua harap – harap cemas sambil menahan napas menunggu dan menanti apa yang akan dilakukan oleh seorang anak manusia bernama Jokowi yang sekarang atas KuasaNya menjadi pemimpin di negeri ini.

Hantaman gelombang yang selalu datang silih berganti, banyak orang mengatakan Pak Jokowi seperti seorang Lionel Messi yang meliuk – liuk mendrible bola hingga pemain lawan terlewati. Ada yang bilang, Pak Jokowi seperti Ronaldo yang mempunyai speed, energik serta akurasi tendangan yang keras bagai Tornado.

Malah ada yang mengatakan seorang Jokowi adalah pemikir jenius. Seorang pecatur ulung dengan cerdas memainkan bidak bidak catur hingga sang lawan kena skak mat. Seperti halnya Isu Hantu PKI di bulan September ini. Dengan terdengarnya isu soal senjata serta berkumpulnya para purnawirawan bersama Pak GN yang konon dihadiri oleh Prabowo, semua nyaris harap-harap cemas.

Apalagi Pak Jokowi cenderung menyikapi isu ini sepertinya tidak diambil hati. Namun, ketika justru Pak Jokowi menghadiri Nobar Film tersebut, barulah terjawab, bahwa terkadang selera kawan sekali – kali musti diikuti. Toh kendali ada di tangan beliau.

Taktik mancing mania sepertinya sedang diterapkan. Untuk menekuk seekor ikan besar musti ekstra sabar. Diulur, ditarik, dibiarkan, ditarik lagi, dan ketika ikan besar itu sudah tidak berkutik, tinggal ‘Jebreeeet’ dan ikan pun menggelepar.

Buktinya adalah Koalisi Merah Putih yang tinggal nama dan riwayatnya kini.

Ahhhh…. kami makin kagum denganmu, Pak Jokowi.








One thought on “Kolom Ganggas Yusmoro: Hantu di Ujung September, Taktik Mancing Mania Pak Jokowi

  1. Jokowi seperti pemain catur yang ulung kata GY dalam kolomnya ‘Hantu di Ujung September’. Wow . . . memang terlihat sampai hari ini kelihaian caturnya. Lawan mikirkan 3-4 langkah kedepan, Jokowi mikirkan ‘pitu keleh’ kata pecatur klasik Karo, artinya 7 langkah kedepan. Kita yakin dan mengharapkan supaya taktik ‘7 keleh’ ini bisa berhasil sampai pilpres yang akan datang tahun 2019, artinya bisa menang lagi.

    “Hantu di Ujung September” atau G30S PKI adalah kudeta tingkat pertama dalam rangka menggulingkan kekuasaan Soekarno 1965. Kudeta berikutnya ialah Gestok atau Gerakan Satu Oktober yang digerakkan langsung oleh Soeharto membasmi gerakan 30S grup letkol Untung dan mengepung Soekarno dengan kekuatan militernya di istana Bogor ketika itu. Pertama yang dia lakukan pada tanggal 1 Oktober itu ialah menyiapkan pasukannya menguber pasukan grup Untung dan sore hari pukul 17.00 sudah ‘berhasil’ menguasai dan membebaskan RRI dan Telkom dari “cengkeraman”* pasukan Untung atas bantuan pasukan RPKAD Sarwo Edhie. Dengan pembebasan RRI dan Telkom, pasukan G30S Untung tidak punya sarana komunikasi dan tinggal menyerah atau melarikan diri. Soekarno sudah tidak berkutik kasih instruksi apapun karena pasukan Soeharto sudah mengelilingi beliau, dan tidak punya komunikasi keluar selain lewat penjagaan militer Soeharto.

    * RRI dipakai untuk menyiarkan Dekrit Dewan Revolusi Untung. Penyiaran dekrit ini penting dan harus ada sudah dirancang sejak semula dalam pelaksanaan ‘premature comunist coup’ Jadi apakah Untung yang punya kekuatan seupil itu bisa menguasai RRI dan Telkom, sangat meragukan. Tetapi pengumuman dekrit Dewan Revolusi itu perlu, menandakan bahwa ada kudeta komunis menjatuhkan Soekarno dengan membunuhi grup jenderal Yani saingan berat Soeharto di Angkatan Darat.

    MUG

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.