Kolom Ganggas Yusmoro: Jangan Menulis Ahok dan Anis-Sandi, Tulislah Prestasi Pak Jokowi

Ada himbauan dari beberapa temen agar jangan menulis Anis sandi meski itu hal yang buruk sekalipun. Tulislah dan suarakan prestasi Pak Jokowi. Jangan Gabener Wagabener diberi panggung meski itu hal yang konyol.

Bahkan ada beberapa temen yang juga menyarankan jangan menulis soal Ahok. Meski seorang Ahok telah menorehkan prestasi sebagai pemimpin yang berani, yang telah menanamkan tradisi pada bangsa ini tentang Keterbukaan dan transparansi anggaran yang terkenal dengan E-Budgeting.

Jujur, saya jadi senyum-senyum sendiri ketika membaca postingan itu. Kenapa?

Gini, para pembenci, para kaum dan golongan BOTOL (jangan diartikan BOdoh dan TOLol, ya ), sekalipun kita ceritakan prestasi Pak Jokowi beserta jajaran kabinetnya yang luar biasa, sekalipun kita ceritakan soal harga BBM satu harga di Papua hingga Indonesia bagian Barat, sekalipun kita ulas infrastruktur, Bandara yang makin mentereng, pelabuhan juga demikian, atau kita cerita soal Bu Susi, Ibu Sri Mulyani, duet maut Bpk Ignatius Jonan dengan Bpk Archandra, atau kita cerita soal Pak Jokowi yang merakyat, apakah mereka para pembenci dan kaum BOTOL akan begitu mudah percaya?




Apakah mereka lalu akan manthuk-manthuk? Akan bilang “nggihh”, gitu?

Pembenci Pak Jokowi tetap akan jadi pembenci yang kekal dan abadi. Kaum BOTOL tetap akan jadi manusia BOTOL, dan itu terbukti mereka rela jalan kaki dari pelosok daerah ke DKI. Mereka tidak menyadari bahwa mereka adalah korban politik. Ditipu setengah mentah dan setengah gosong yang katanya demi bela agama. BOTOL, kan?

Jadi, meski kita ceritakan 7 hari 7 malam atau bila perlu mandi kembang 7 rupa di tengah hari (kalau mandi malam-malam gak bagus, kan), apakah manusia BOTOL akan percaya?

Kesimpulannya adalah, menulis itu seperti melukis. Menggoreskan pena itu seperti menggubah puisi dan lagu. Apa yang ada di hati dan pikiran itulah ide.

Jika kepingin nulis Ahok, Anis Sandi, kaum BOTOL, serta prestasi Pak Jokowi, itu adalah implementasi dari Kemerdekaan. Kemerdekaan berpikir.

Menghadapi kaum BOTOL memang susah. Lha, wong mau jualan susu sapi sajak dibilang Revolusi Putih. BOTOL, bukan?








Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.