Kolom Ganggas Yusmoro: MANA LEBIH BERBAHAYA, PKI ATAU INTOLERANSI?

Dekade Tahun 70an hingga tahun 90an. Buku sejarah SD Hingga SLTA, kita semua mendapatkan “Dongeng” ada yang namanya bahaya yang betul-betul sangat berbahaya bernama Bahaya Laten PKI.

Setiap waktu, kita semua harus mendengarkan dongeng dari para guru dengan antusias sambil membayangkan dongeng tersebut dengan ngeri.




Dalam berjalannya waktu, setelah hampir setengah abad berlalu, apa yg menjadi dongeng dengan bahaya leten tersebut ternyata tidak terbukti. Apa itu PKI atau dimana PKI berada, kita semua juga tidak mengetahui. Yang ada, jika ada yang menyerupai simbol Palu sama Arit dituduh PKI.

Yang jadi pertanyaan, apakah memang sengaja diciptakan momok yang namanya PKI untuk tujuan politik? Namun, ketika seorang Rissik dan lain-lain mempermasalahkan logo di Lembaran Uang Baru, semua bisa menganalisa. Bahwa Isu PKI ternyata dipolitisir untuk mendeskreditkan seseorang.

Dan fakta yang faktual, PKI rasanya sengaja diciptakan hanya untuk “MOMOK “. Hingga kini tidak juga ada BATANG HIDUNGNYA yang namanya PKI. Partai Komunis Indonesia. Atau PKI adalah Hantu Gentayangan?

Namun akhir-akhir ini bangsa ini dibuat terkaget-kaget ketika tiba-tiba ada sekelompok Ormas dan Golongan yang fobia dengan hal-hal bermotif salib. Bahkan bukan itu saja, ketika Natal dan Tahun Baru terasa mencekam dengan perilaku orang-orang aneh yang memfatwakan Haram Jadah dengan Atribut Natal.




Intoleransi seperti bola liar. Mulai Razia warung makan saat bulan puasa hingga yang kabar terakhir ketika Pemilihan Ketua OSIS yang berbeda agama, ada anak-anak yang secara radikal menolak.

Intoleransi yang cenderung radikal sudah memasuki sendi-sendi kehidupan dengan dibungkus agama, sedangkan teriakan PKI yang disuarakan secara lantang oleh mereka ternyata tidak terbukti. Bahkan diminta untuk membuktikan keberadaan PKI mereka hanya plonga plongo.

Jika demikian, mana yang lebih berbahaya? Atau teriakan PKI itu adalah ketidakwarasan mereka?


One thought on “Kolom Ganggas Yusmoro: MANA LEBIH BERBAHAYA, PKI ATAU INTOLERANSI?

  1. PKI rasanya sengaja diciptakan hanya untuk “MOMOK “
    ha ha betul juga. Terutama momok bikin perpecahan.
    Siapa yang menginginkan perpecahan sesama rakyat Indonesia? Tentu dia juga yang menciptakan momoknya. Tahun 1965 Indonesia dipecah belah dengan teror 3 juta . . hasilnya Soeharto naik, SDA dikeruk . . . pecah pecah, keruk keruk . . . duit, duit . . .

    Komunisme dimulai dengan Das Kapital Marx. Antagonisme antara klas buruh dan klas borjuasi, antagonisme dalam kontradiksi berarti salah satu harus lenyap. Kelas buruh lenyap atau kelas borjuasi lenyap . . . sudah terlalu klasik atau obsolete untuk dipelajari dari segi Marx atau marxisme. Sekarang bisa dilihat dari segi ‘kontradiksi adalah tenaga penggerak perubahan dan perkembangan, dan dengan sendirinya KEMAJUAN’. Pengetahuan baru lainnya ialah bagaimana menangani kontradiksi sehingga memberikan kemajuan atau perubahan yang memajukan dalam kreasi. Dan ‘creativity is intelligence fun’, kata seorang kreatif Einstein.

    Perpecahan paling hebat di dunia sekarang ialah di Mexico sesama kartel narkoba, tiap kartel dapat keruk keuntungan 2-3 miliar dolar tiap minggu . . . + ratusan ribu orang sudah tewas. siapa yang mau berhenti? Dan siapa yang bisa menghentikan? Mungkin butuh waktu 100 tahun untuk menghentikan perang perpecahan yang mengerikan ini. Siapa mengeruk untung paling besar? Perusahaan besar neolib internasional, terutama industri dan fabrik senjata. Profit terbesar tentulah dari dagang narkoba. Dan kematian yang diakibatkan narkoba juga di seluruh dunia, di Indonesia 40-50 orang tiap hari atau 1200-1500 tiap bulan, dan di Filipina lebih dari 1000 orang perbulan. Hebatnya di Filipina kematian perbulannya sudah mulai berkurang, sedangkan di Indonesia tambah terus. Apakah karena sistem pemberantasan narkoba Duterte sudah ada hasilnya?
    MUG

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.