Kolom Ganggas Yusmoro: MENDERITANYA JADI KAMPRET

Apa gak menderita? Bayangkan saja. Selama 4 tahun gelegak asmara. Waduuhh salah lagi. Gelegak amarah dan kebencian terhadap 1 orang bernama Jokowi membuat hari-hari bagaikan hidup di neraka. Celakanya, pria kalem yang kerempeng tersebut malah menjadi rebutan foto selfie di manapun dan kapanpun.

Di fitnah PKI, sudah, bukannya malah marah. Ee.. tetep stel kendo, tetep sabar, tetep fokus menyelesaikan proyek-proyek strategis yang berdampak pada kesejahteraan rakyat.

Difitnah tidak pro Islam, malah suka berkunjung ke pesantren-pesantren. Bercanda ria dengan para santri, ketawa ketiwi bareng, ketika ada santri yang bermusik dengan mulut, Pak Jokowi ketawa ngakak. Apalagi sekarang menggandeng Kyai Makruf sebagai Cawapres. Sumpah, kampret makin menderita.

“Aku menderitaaaaa ….” kata penyanyi dangdut.

Apalagi setelah Asian Games sukses dan seluruh dunia memuji Indonesia. Jokowi telah mengangkat harkat dan martabat Bangsa Indonesia dengan mengukir prestasi, dunia para kampret makin gonjang-ganjing. Harus dengan cara apalagi untuk bisa melampiaskan kebencian?

Ketika ekonomi global tidak menentu, dollar makin menguat dan membuat remuk mata uang di seluruh dunia, bahkan Turki, Malaysia serta beberapa negara lainnya kelimpungan, rupiah juga dibuat anjlok.

“Hemmmm…. Dapat amunisi baru untuk menyalahkan Jokowi. Semoga para cebong kejang-kejang,” itu pikiran para kampret.

Namun, apa yang terjadi? Makan di Warteg harganya masih biasa. Harga Cabe dan sebungkus tempe juga masih tetap. Pokoknya, Sembako masih normal dan tersedia. Jika di jalan ada orang ngoceh sendiri gak tentu, Jangan ditanya, siapa tahu itu kampret.

Memendam kebencian selama 4 tahun itu menderita. Sumpah!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.