Kolom Ganggas Yusmoro: MENYATUKAN NEGERI

Yang Menyatukan Negeri ini Adalah Nasionalisme, Bukan Agama!

 

72 Tahun sudah negeri ini melangkah tertatih dan perlahan dalam pasang surut. Rentang waktu yang nyaris sudah menghabiskan satu generasi. Satu per satu para pejuang yang ikut menegakkan negeri ini agar terbebas dari belenggu penjajah dipanggil oleh Sang Khalik. Satu per satu pula, fakta Sejarah, saksi hidup yang bisa langsung bercerita semakin tiada.

Percikan-percikan kecil dari mereka yang ingin merongrong persatuan dan kesatuan, mulai dari pemberontakan karena ingin merdeka pada daerah-daeeah tertentu, geliat dari para kelompok yang ingin merongrong Pancasila dan Bhineka Tunggal, yang ingin merubahnya menjadi negara beragama, semuanya juga dipatahkan. Dilumpuhkan. Ditenggelamkan. Dan, negeri ini tetap bersatu dalam bingkai keberagaman.

Fakta Sejarah, ketika saat perjuangan. Saat itu, kita masih berpikir sempit, masih mengedepankan kepentingan golongan, agama, suku, ras dan daerah, ternyata tidak bisa menyatukan visi dan misi demi tercapainya persatuan dan kesatuan.

Fakta sejarah juga, setelah para pemoeda berkumpul, pemuda yang diwakili oleh daerahnya masing masing. Ada Jong Sumatera Bond, Jong Batak Bon, Jong Java, Jong Cilebes, Jong Ambon, Jong Islamieten Bond, Pemoeda Kaom Betawi dan Pemoeda Indonesia. Akhirnya bersepakat bahwa agar indonesia bersatu, maka sudut pandang kedaerahan harus musti dirubah menjadi rasa persatuan dan kesatuan.

Di sinilah muncul Soempah Pemoeda dengan sumpahnya Satu Tanah air, Satu Bangsa, Satu Bahasa, INDONESIA.

Nasionalisme terbukti telah membuat banyak negara seperti halnya Korsel, Jepang, Amerika, China, Inggris dan negara-negara maju lainnya menjadi kokoh di peradaban dunia modern. Dengan Nasionalisme, negara-negara tersebut nyaris lebih damai, lebih kondusif. Tidak ada perseteruan dan bahkan gontok-gontokan yang berujung pertumpahan darah karena RASIS.

Kalau boleh diulas, banyak negara yang mengesampingkan rasa NASIONALISME, seperti halnya sebagian negara-negara Timur Tengah yang selalu berkecamuk. Penduduknya harus hidup diantara desingan peluru dan dentuman bom. Mereka harus menangis pilu ketika kehilangan anggota keluarga. Atau banyak yang kehilangan anggota tubuh menjadi cacat seumur hidup. Konon kecamuk itu sebagaian besar berawal dari pertentangan agama.

Jika belakangan ini, negeri yang indah, damai, aman dan sentosa dengan Pancasila serta Bhineka Tunggal Ika membuat bangsa ini mempunyai nasionalisme, apakah akan rela Pancasila diganti dengan faham dari salah satu golongan agama? Tidak bukan?

Sekali lagi, dalam berbangsa dan bernegara, mengedepankan agama akan menimbulkan pertikaian dan berujung saling membunuh. Nasionalisme membuat negeri ini seperti rumah yang indah penuh dengan warna warni kembang.

Dirgahayu HUT kemerdekaan negriku…

FOTO HEADER: HUT RI, Santri dan Warga di Poso Gelar Upacara Bendera di Laut. Sumber foto: Kompas.com








Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.