Kolom Ganggas Yusmoro: “Negara ini harus engkau jaga, nak.”

Saat itu, putriku diminta membantu mengajar di sebuah pesantren untuk Ilmu Kimia di Tingkat SMK. Barangkali karena ada kesesuaian soal gaji atau ada hal yg lain, putriku menyanggupi.

“Tapi, persyaratannya musti pakai Jilbab yang panjang berjuntai, Bapak.”

Saya hanya tersenyum dan mengangguk. Jujur meski dalam hati ada kekawatiran tentang paham yang cenderung kurang mencintai terhadap negara, namun ada hal yang musti tidak boleh mencegah sebuah tantangan. Sebuah keinginan seorang anak.

Meski putriku ini sudah mempunyai suami. Bahkan juga sudah punya anak, sebagai seorang ayah saya tentu harus memantau hal-hal yang menyangkut soal berbangsa dan bernegara. Yang menyangkut nilai-nilai Pancasila dan Implementasi soal keberagaman.

Bagaimana caranya?

Dalam kesempatan ketika main ke tempat anak, saya sempatkan menginap. Di situlah buku-buku bacaan kuteliti. Kuamati dengan seksama. Atribut-atribut keagamaan diam-diam juga kuperhatikan. Satu hal sebagai seorang ayah adalah, mengkawatirkan anaknya yang diperjuangkan selama ini lupa terhadap jati diri bangsa. Lupa terhadap nilai-nilai budaya bangsa yang adiluhung. Budaya bangsa yang memberi ajaran dengan filosofi yang indah dalam bentuk tari, nyanyian, gending, gurindam, puisi atau pepatah.

“Di pesantrenmu tempat mengajar ada upacara juga, nduk,” suatu ketika saya sempatkan bertanya.

Putriku mengangguk.

“Trus, hormatnya bagaimana?”

“Tidak pakai hormat tangan, sih, Bapak. Kami hanya diam dan memandang ketika bendera Merah Putih dikerek ke atas.”

Saya terdiam. Saya hanya bisa membayangkan bagaimana ketika Sang Saka Merah Putih dinaikkan ke atas dikelilingi wajah-wajah dingin dan kosong tanpa sikap tegas dalam menghargai Sang Saka Merah Putih sebagai jati diri bangsa. Sang Saka Merah Putih yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan agar negri ini berdaulat. Agar bangsa ini Merdeka. Agar bangsa ini tidak terjajah.

“Dengan seni hidup ini indah, dengan agama hidup ini mustinya terarah, dengan bernegara dan berpancasila negara ini damai. Negara ini harus engkau jaga, nak,” itu ucapkku kemudian.

Putriku mengangguk sambil melihat film Korea yang diputar di televisi dinding. Saya tersenyum. Syukurlah masih suka film Korea.

FOTO-FOTO: Model Sora Sirulo (Dola Cristina Ginting)











Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.