Kolom Ganggas Yusmoro: TAK KAN LARI RISSIK DIKEJAR

Apa sih menariknya kasus Rissik Shihab? Ohhh, tentu sangat menarik. Luar biasa menarik bahkan. Bayangkan, beliau yang hanya Ketua Ormas dengan anggota yang jumlahnya tidak seberapa. Jika dibanding dengan Ormas NU atau Muhammadiyah tentu belum ada apa-apanya. Hanya sepersekian persen dari jumlah anggota NU yang sudah jelas eksistensinya serta kwalitasnya.

Namun, kenapa seorang Rissik begitu fenomenal dan menjadi perhatian? Tentu, menyimak perjalanan Ormas FPI yang kontroversial, yang bahkan karena dianggap kebablasan, seorang Rissik sempat berada di balik jeruji sebanyak dua kali.

Dan, kebanyakan orang, mereka-mereka yang pernah ditahan tentu menjadikan seseorang akan hati-hati dalam bersikap dan berbicara. Kebanyakan orang akan menjadi kapok. Akan bertobat untuk tidak masuk lubang yang sama. Namun, karena barangkali ada sesuatu hal, justru sang fenomenal ini malah terjerat dengan kasus yang bertumpuk-tumpuk. Termasuk kasus bobok bertumpuk.




Yang jadi soal adalah, kenapa kali ini seorang Rissik seakan ketakutan dengan kasus-kasusnya? Toh seringkali beliau berujar: “Saya tidak takut mati. Saya tidak takut dipenjara!!”

Jika diamati dengan seksama, tingkah polah seorang Rissik Shihab yang cenderung kebablasan, yang terlalu berani dan bahkan merusak tatanan hukum di negri ini.

Itu terbukti mengangkat Gubernur Tandingan semasa Ahok baru dilantik. Celakanya, hal itu seperti ada pembiaran. Tentu Rissik Shihab semakin malang melintang dengan kenekatannya dalam hal mengumbar dan sak kerepe dewe.

Ada hal yang membuat kita semua sering gak habis pikir adalah, seorang Rissik Shihab sering membuat statement: “Kita harus revolusi. Revolusi dan Revolusi.”

“Barangkali beliau menginginkan seperti halnya Ayatollah Khomaini yang disambut antusias oleh rakyat Iran sehingga bisa menjungkirbalikkan rezim yang saat itu berkuasa dengan revolusinya,” itu celetuk seorang temen.

Bisa jadi! Dan, itu masuk akal !!

Namun ada yang harus diingat, meski negeri ini mayoritas beragama Islam, tapi Islam di negeri ini sudah melebur dan menjadi satu nafas dengan kearifan lokal. Sudah mendarah daging dengan tradisi budaya negeri ini yang sudah ratusan tahun sangat luwes sehingga negri ini aman damai dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika.

Itu kenapa, meski ada partai berbasis agama, partai tersebut tidak akan menjadi jawara. Tidak akan menjadi pemenang selama orang-orang partai tersebut masih berpikir primordialisme. Masih berkutat dengan kelompoknya.

Jika sekarang Rissik Shihab pulang, tentu harus mempertanggungjawabkan kasus hukum. Jika tidak pulang-pulang, ada bagusnya juga. Negeri ini negeri yang indah dan damai dengan keberagaman. Biarlah menjadi negeri yang tetap dengan identitasnya sebagai negeri yang tetap berbudaya Nusantara.

Yang tidak ada sweeping di Bulan Ramadhan. Yang tidak ada ketakutan ketika Natal dan Tahun Baru hanya karena atribut, yang tidak ada lagi ujaran nyelekit tentang palu arit, atau menyinggung Hansip serta para bidan.

Jadi, untuk apa repot-repot mengejar Rissik Shihab?

Catatan: Di bawah ini redaksi mempersembahkan sebuah lagu pop Karo yang mengisahkan tentang [bekas] kekasihnya yang tak pernah kembali lagi. Lagu ini kebetulan sangat mengabstraksikan isi tulisan ini. 








Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.