Kolom Ganggas Yusmoro: TANGISAN BU VERONICA

“Di balik seorang suami yang hebat, ada seorang istri yang luar biasa”

 

Kemarin [Rabu 24/5], kita semua menyaksikan bagaimana tangisan seorang wanita, dengan kalimat yang terbata-bata, dengan linangan airmata, dengan sejuta rasa, membuat terenyuh. Membuat kita semua juga tidak sadar harus mengusap air mata yang mengalir.

Jauh diantara sedu sedan seorang Ibu Vero, di balik linangan airmata seorang ibu, istri dari seorang Ahok. Ada terselip pesan, ketika seorang suami sedang mengalami “musibah”, sang istrilah yang harus tampil di depan. Harus berani mengambil keputusan besar bahwa istri tidak hanya “konco wingking”.

Tidak hanya teman yang hanya sendiko dhawuh yang bisanya hanya macak, masak dan manak. Ibu Vero, yang saya yakin juga tidak terima dengan perlakuan terhadap suaminya yang menjadi korban kebiadaban dari keputusan hakim, korban dari kebrutalan politik culas, telah membuka cakrawala dari semua elemen bangsa ini, bahwa mengalah adalah sebuah keputusan yang musti ditempuh demi negeri ini. Demi tanah kelahiran tercinta ini. Demi keutuhan bangsa agar tidak kembali gaduh. Agar tidak kembali hingar bingar hanya masalah sepele yang dibesar-besarkan.

Apakah memang kasus itu masalah sepele? Jika menyitir ucapan seorang kyai kharismatik yang dari Jawa Tengah, Mbah Moen, ucapan Ahok tentunya hanya masalah sepele.




“Mbok ya jangan dibesar-besarkan. Jika tidak suka ya jangan dipilih.”

Namun, karena politik, sekecil apapun masalah, jika bisa digoreng, tentu akan digoreng, dibolakbalik untuk menenggelamkan seorang Ahok.

Ya, tangisan Ibu Vero akan jatuh di Bumi Pertiwi ini dan menebarkan nilai-nilai kasih yang universal. Nilai kemanusiaan yang berhasil menggetarkan segenap jiwa bagi pemirsanya yang mencintai negeri ini agar kembali damai. Dan itu adalah sebuah pengorbanan yang luar biasa.

Dari derai airmata dan suara gemetar seorang Ibu Vero, Ahok telah memberi keteladanan bagi bangsa ini ketimbang mereka-mereka yang bersuara besar namun ternyata pengecut. Yang ternyata bernyali kecoak alias coro.

Jika seorang Ahok adalah PAHLAWAN, simbol keberanian dan simbol Kesatria, apakah salah?








Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.