Kolom Joni H. Tarigan: Jokowi di Dalam Perubahan dan Hambatan

joni hendra tariganApa yang membuat saya sering merujuk ke Rheinald Kasalai adalah karena beliau selalu memberikan paparan berdasarkan analisis terhadap sebuah data. Beliau selalu melihat sejarahnya (masa lalu), apa yang sedang terjadi, dan kemudian hasil analaisisnya  berupa apa yang seharusnya dilakukan saat ini untuk lebih baik di masa yang akan datang.

Beliau juga pernah memaparkan (kurus online IndonesiX), tentang Sigmoid Curve (Paradox Of Success). Dari paparan itu saya meyakini bahwa pemerintahan saat ini sedang melakukan perubahan dimana keadaan belum termasuk krisis. Keuntungan dari perubahan ini adalah, kita akan mengarungi kurva kesuseksan setelah sebelumnya.

Akan tetapi, yang namanya perubahan tentu sudah pasti akan mengalami hambatan.

Saya yang berlatar belakang teknik mesin, menganalogikan bahwa ban kendaraan tidak akan berputar jika tidak ada gesekan (hambatan). Hambatan dalam perubahan tersebut bisa kita lihat dari berbagai macam gejolak. Mulai dari kelangkaan daging sapi, dilanjutkand engan kelangkaan danging ayam. Ditambah lagi kasus beras plastik.

Perkeretaapian Indoensia sudah jauh berubah. Garuda Indonesia yang dulu rugi kini semakin jaya. PT POS yang dulu sempat menutup kantor-kantornya, kini sudah joni hendra tarigan 1gagah memasang iklan di surat kabar dan media televisi.

Itu semua adalah hasil perubahan, dan tentunya setelah melewati hambatan- hambatan yang begitu berat.  Tidak ada satupun perubahan ini tanpa pengorbanan. Oh, ya, perubahan juga sedang bertransformasi di Sepak Bola Indonesia. Sudah puluhan tahun tidak ada pemerintah yang berani mengganggu PSSI. Selain karena ada ketentuan jelas di Statuta FIFA (katanya) bahwa tidak diperkenankan pemerintah melakukan intervensi terhadap PSSI.

Mungkin karena statuta ini, ditambah lagi jika PSSI dibekukan oleh FIFA maka liga tidak bisa bergulir dan akan berdampak kepada kehidupan orang-orang yang terlibat dalam persepakbolaan, maka PSSI menganggap tidak ada keberanian dari pemerintah untuk PSSI. Tapi PSSI mungkin lupa kalau uang PSSI itu dari APBN, bukan dari FIFA.

Jadilah PSSI dibekukan. Korban sudah pasti ada, akan tetapi demi masa depan bangsa ini untuk sepakbolanya, tidak ada pilihan. Untuk mengurangi dampak perubahan transformasi perubahan ini, pemerintah menggulirkan banyak turnamen dimana sebentar lagi akan dimulai Sudirman Cup.

Bagi saya, secara pribadi, perubahan itu sudah pasti. Siapa yang tidak siap, akan tergilas perubahan itu sendiri. Yang berhak bertahan adalah mereka yang berusaha beradaptasi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.