Kolom Joni H. Tarigan: Kolam Kecil – Ikan Harus Dibatalkan

joni hendra tariganAnak kami sebenarnya akan memasuki usia 3 tahun pada bulan Juli 2016 ini. Artinya, masih ada waktu 6 bulan lagi. Waktu yang lumayan cukup lama sebenarnya. Ketika nanti anak ini berusia genap 3 tahun, usia masuk play group sudah pas. Bagi kami, play group ini harus benar-benar sekelompok anak kecil yang bermain bersama.  Kami memahami bahwa bermain itu adalah kunci dari tahapan usia 3 tahun.

 Mengapa harus bermain? Jelas, yang kami pahami, bermain itu mengartikan bahwa si anak dapat bergembira dengan apa yang ia lakukan. Lantas, mengapa harus mencari tempat yang benar-benar bisa menerapkan “play group”? Apakah di rumah anak tidak bisa bermain?

Perihal bermain tentu saja di manapun seorang anak bisa bermain. Akan tetapi, dengan sedikit memahami konsep Montessori, maka kamipun sebagai orangtua ingin menyaksikan anak kami bahagia ketika ia menjalani usia sekolahnya. Kami ingin sekolah manapun memaksimalkan anak kami, bukan anak kami yang menjadi stress karena sekolah.

Sabtu 30 Januari 2016, kami susun jadwal begitu padat. Dengan kendaraan yang dipinjam dari tempat kerja kami memulai aktifitas kami dengan berbelanja bahan dapur di pasar tradisional terdekat. Ah, telor ayam kampung dan telor bebek tidak ada. Hmmm, kelihatannya permintaan cukup besar tetapi persediaan sangat sedikit. anak negeri 2Ini peluang bisnis juga, siapa tahu suatu saat kami jadi distributor telor ayam kampung dan telor bebek. Heheheheh …..

Setelah berbelanja, jadwal ke dua adalah melihat sekolah di Kabupaten Bandung. Sekolah ini sudah lama ingin kami kunjungi. Namun, karena sepeda saja kami tak punya, maka baru hari inilah kami bisa berhasil mengunjungi tempat ini. Maklum, ke sekolah ini tidak ada angkot sama sekali.

Dengan berbekal petujuk dari Google, kami pun sampai di Sekolah yang sangat membuat kami penasaran. Penasaran karena sekolah ini menerapkan metode Montessori. Kami pun memulai pertanyaan penasaran kami di kantor tata usaha sekolah. Pertanyaan itu sekitar apa saja kegiatannya, siapa saja pendampingnya, bagaimana cara bermainnya, bagaimana fasilitas pendukungnya. Semua kami tanyakan, dan satu pernyataan dari petugas sekolah ini yang sangat menyenangkan adalah “ ANAK AKAN DIOBSERVASI DAHULU DENGAN BERMAIN SEBELUM IA MEMULAI BERSEKOLAH NANTI”.

Kami semakin yakin apa yang dipaparkan oleh sekolah ini benar- benar gambaran dari pelaksanaan metode Montessori. Tidak ada keraguan kami langsung mendaftarkan anak kami, dan anak kami pun terdaftar. Akan tetapi Rafael anak kami terdaftar di WAITING LIST.  Kami tidak patah harapan, kami yakin kami sudah sangat menginginkan anak kami bersekolah di sekolah tersebut. Waktu yang masih cukup lama (6 bulan lagi), menambah harapan kami semakin besar. Akhirnya kami akhiri pertanyaan kami dengan bertanya berapa biaya yang diperlukan.




Melihat rincian biaya tersebut, saya menatap mata istri saya dan saya tidak melihat expressi keraguan dengan biaya yang begitu besar. Hal itu membuat saya juga tidak meneruskan spontanitas kaget saya melihat total biaya yang banyak tersebut. Seteleh berkeliling melihat fasilitas sekolah ini kamipun melanjutkan kegiatan kami yang lain. Saya tidak ceritakan kegiatan yang lain karena bagian terpenting kami adalah sekolah untuk anak kami.

Kamipun dengan wajah yang sangat antusias, gembira dan serius mulai berbincang- bincang mengenai bagaimana kami akan mempersiapkan anak kami ke “Play Group”. Kesepakatan tercapai bahwa RENCANA KAMI MEMBUAT KOLAM IKAN yang KECIL HARUS DIBATALKAN. Ibu dari anak saya juga begitu ketatnya melihat semua receh yang ada. Apapun yang terjadi, anak kami harus bersekolah di tempat itu. Ditambah lagi anak kami mengungkapkan bahwa ia suka dengan sekolahnya.

Kami pun mengawali hari ini 01 Februari 2016 dengan semangat yang luar biasa. Saya sendiri mengalami semangat yang berbeda. Saya berangan-angan seperti apa yang saya angankan sedang terjadi. Sehingga hal-hal positif dan ide-ide kreatif bermunculan. Mungkin ini yang dikatanan oleh “JOEL OSTEEN” yakni “WALK WITH FAITH, NOT BY SIGHT”. Jika kita hanya berani melangkah dengan apa yang kita lihat, maka keadaan yang akan mengendalikan kita, sehingga pikiran kita sendiri yang akan menghambat kita untuk bergerak maju.

Dengan keyakinan, seakan angan sedang bekerja, maka kepastian sampai ke tujuan akan terjadi. Demikian yang kami alami untuk anak kami ini. Kami meyakini bahwa dengan bekal yang baik, maka jalan hidupnya juga akan baik, dan tentu dengan restu pencipta semesta.

Ah … manisnya hidup ini. Mengapa kita memutuskan untuk merasakan pahitnya?








Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.