Kolom Joni H. Tarigan: MILLA, BOIKOT SEMUA LIGA RASANYA TIDAK ADIL

Publik Indonesia mungkin kecewa dengan batalnya Luis Milla melatih sepak bola Indonesia. Saya sendiri awalnya masih belum yakin akan berita Milla digantikan oleh Bima Sakti. Informasi yang selama ini beredar, sekalipun datang dari orang- orang yang menjabat di PSSI, sangat sulit untuk dipercaya. Sejak kisruh ini bermula, saya ingin sekali mendapatkan informasi tanggapan Luis Milla.

Akan tetapi tidak ada satu pun informasi yang menuangkan tanggapan pelatih yang telah banyak merubah permainan sepakbola Indonesia. 




Satu-satunya tanggapan yang diuangkapkan oleh Luis Milla adalah ungkapan perpisahan bernada cinta akan sepakbola Indonesia, akan tetapi kecewa terhadap kepengurusan federasi sepakbola Indonesia, yakni PSSI. Ungkapan itu saya tangkap lewat publikasi media online (Lihat di SINI). Mengacu ke sumber informasi ini, inilah satu-satunya tanggapan Milla terkait batalnya ia melatih Indesia, yang diunggah di IG-nya.

Berkaca dari sulitnya mendapatkan informasi yang  valid dari PSSI, maka saya lebih percaya informasi yang diunggah oleh Milla. Ini bukan masalah nasionalisme, ini masalah sportifitas. Mereka yang tidak sportif sama saja dengan mencoreng bangsanya sendiri. Nasionalisme rasanya tidak bisa dilepas dari jiwa sportif.

Mayoritas sangat mengidolakan tim sepakbola Indonesia, di bawah asuhan Milla. Sekalipun belum meraih prestasi yang ditargetkan federasi, masyarakat sangat hormat dan kagum dengan cara bermain pasukan bola kita. Supporter Indonesia sangat brutal mengecam kesebelasan yang ia cintai, akan tetapi Milla mampu membuat supporter tetap menghormati tim sepakbola NKRI sekalipun menelan kekalahan. Supporter Indonesia menunjukkan penghargaan terhadap sebuah proses. Saya sendiri sangat merindukan penampilan sepakbola yang sudah semakin baik

Jika supporter sudah melihat kemajuan ini, dan kemudian sampai mengajukan petisi untuk melanjutkan kepelatihan LUIS MILLA, maka hanya ada 2 pihak yang akan saling berhadapan. MASYARAKAT YANG TIDAK PAHAM SEPAKBOLA, atau PSSI YANG PERLU REFORMASI?




Tanpa masyarakat, tentu mustahil jika PSSI tetap bisa bertahan menjalankan tugasnya membawa kemajuan sepak bola Nusantara. Masyarakat sangat menginginkan transparasi dari PSSI, karena mustahil mendapatkan kemajuan yang masyarakat inginkan tanpa kejujuran dan kemampuan PSSI mengelola persepakbolaan.

Melihat kenyataan batalnya Milla, dan banyaknya  informasi yang tidak jelas dari PSSI, maka  perlu intervensi agar reformasi di tubuh PSSI itu bisa berjalan. Intervensi pemerintah, melalui Kementrian Pemuda dan Olahraga, kemungkinan tidak akan bijak karena Indonesia kemungkinan akan mendapatkan lagi sangsi dari FIFA. Lantas intervensi apa yang bisa kita lakukan untuk PSSI?

PSSI tidak akan bisa berjalan, jika tanpa dukungan masyarakat. Bayangkan jika suatu liga tidak ditonton oleh supporter, maka permainan sepakbola itu sendiri tidak menarik. Jika tidak ditonton oleh masyarakat, mungkinkah sponsor merelakan uangnya untuk suatu liga? Rasanya tidak. Selain dana dari sponsor, uang dari tiket supporter tentu juga tidak sedikit. Tanpa penonton atau masyarakat suatu LIGA AKAN MATI.

Jika intervensi pemerintah akan mendatangkan sangsi dari FIFA, bagaimana jika MASYARAKAT BOIKOT SEMUA PERTANDINGAN SEPAK BOLA? BOIKOT SAJA AFC, AFF, LIGA-1, LIGA-2, SEMUA SAJA DIBOIKOT!!!.




Sangat tidak adil memang  bagi para pelaku sepakbola jika masyarakat BOIKOT SEMUA LIGA, akan tetapi rasanya tidak ada cara lain agar PSSI mau berubah. Memang semua perubahan butuh pengorbanan. Sebelumnya Indonesia sudah mendapatkan sanksi dari PSSI, dan di bawah Edy Rahmayadi, awalnya ada harapan.

Akan tetapi batalnya Luis Milla menjadi bukti buruknya PSSI. Ataukah mungkin  Ketua PSSI masih sibuk dengan bencana banjir dan bencana alam lainnnya di Sumatera Utara?

KITA BOIKOT SEMUA LIGA atau PSSI BERUBAH?





3 thoughts on “Kolom Joni H. Tarigan: MILLA, BOIKOT SEMUA LIGA RASANYA TIDAK ADIL

  1. Bang Bastanta Sembiring,

    Saya tidak pernah nonton bolan antar club baik liga di Indonesia maupun di luar negeri. Kegemaran saya memang baca buku. Saat ini saya hampir selesai dengan buku Sapiens- Riawayat Singat Umat Manusia, karangan Yuval Noah Harari.

    Pertandingan bola yang paling saya tunggu-tunggu adalah sepakbola Timnas.

    Perihal PSSI, ketua sebelum Djohari Panigoro, ketua PSSI biasanya dipegang oleh partai politik. Entah mereka punya latarbelakang sepakbola atau tidak. Sederhana saya sebagai awam melihat PSSI ini adalah lahan yang sangat basah dari sisi keuangan. Anggaran dari pemerintah mungkin tidak seberapa, akan tetapi perputaran yang dari perhelata sebuah liga rasanya jauh lebih dahsyat. Dana sponsorhisp, dana tiket, dan mungkin banyak dana-dana lain yang tidak pernah diaudit dan dipublikasikan ke publik.

    Karena tidak bisa diintervensi pemerintah, mungkin lebih mudah bermain anggaran di PSSI dibandingkan dengan bermain di suatu badan usaha miliki negara. Apalagi dibawah pemerintahan saat ini, pergerakan di badan usaha negara semakin sulit.

    Saya pribadi berharap publik pecinta sepakbola Indonesia benar-benar bergerak untuk reformasi PSSI,

    Seperti tulisan ini, mungkina masayarakat perlu BOIKOT SEMUA PERHELATAN PSSI. Ini memang pil yang sangat PAHIT, akan tetapi semoga seperti OBAT, itu akan menyembuhkan. Kasihan sekali talenta2 anak Indonesia yang terbunuh oleh salah kelola persepakbolaan.

    Saya kira mereka tau apa yang harus dilakukan, akan tetapi kekacauan mungkin menguntunkan keuangan bagi pihak tertentu.

    1. “PSSI ini adalah lahan yang sangat basah dari sisi keuangan”
      Wow . . . ini dia kuncinya mengapa gubsu bersikeras pegang PSSI.
      Apa gajinya dari sini bisa melebihi gaji gubernur ya?

      MUG

  2. Saya bukan penyuka sepakbola. Tetapi untuk Tim Nasional Indonesia saya selalu nonton walau hanya dari layar TV.

    Sering saya dengar atau baca, orang berkomentar BUBARKAN SAJA TIMNAS. HABISI DUIT MINUS PRESTASI.

    Rasannya, walau itu terlalu kejam.

    Sebab kita tahu, yang salah itu bukan di pemain saja, tapi lebih besar kesalahan di managemen, yakni federasi/ PSSI. Buktinnya, saat TimNas diasuh oleh pelatih/ manager yg berbakat dan berkwalitas, kwalitas permainan pemain TimNas juga semakin baik.

    Satu lagi yg saya perhatikan. Kita dlm hal ini PSSI tidak pernah serius menata persepakbolaan. Tidak punnya visi ke depan dan tidak punnya program jangka panjang. Semua maunnya instan. Dan itu sangat mustahil, sebab membangun TimNas yg kuat bukan perkara sebulan atau setahun, tapi butuh waktu panjang dan perbaikan yg berkelanjutan.

    Jaya teruh persepakbolaan Indonesia.

    Mejuah-juah Indonesia ??

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.