Kolom Joni H. Tarigan: MIMPI TANPA REALITA ADALAH KEPINGAN DUSTA KEHIDUPAN

Joni H. Tarigan 4Ketika anak saya lahir, saya tidak tau apakah dia sudah memiliki mimpi atau tidak. Ketika anak saya membuka matanya pertama kali, mendongkakkan kepalanya pertama kali, mengoceh pertama kali, tengkurap pertama kali, bahkan sampai ia merangkak, saya belum bisa memastikan apakah ia sudah bisa bermimpi atau tidak. 

Mungkin saja sudah , mungkin saja belum.

Seiring waktu, anak kami sudah beranjak menuju 6 tahun. Sekalipun sudah6 tahun, saya belum bisa memastikan apakah ia sudah bisa bermimpi atau tidak. Akan tetapi, beberapa kali saya mengamati anak kami marah-marah dalam keadaan tidur. Istilah umum yang sering kita dengar untuk hal ini adalah mengigau.  Saya membayangkan bahwa mengigau ini adalah salah satu mainfestasi mimpi. Ia dalam keadaan tidur, tetapi menunjukkan kemarahannya.

Setiap kali igauan anak kami dalam bentuk amarah, kami langsung saling berdiskusi, apakah tadi siang anak kami ada dimarahi, atau merasa tidak adil? Dari pengamatan kami, mayoritas igauan anak kami adalah dalam bentuk kemarahan. Fakta lainnya adalah, anak ini mengigau kemarahan setiap kali ia merasa mendapatkan perlakuan tidak adil, yang umumnya amarah dari kami ibu bapaknya.  Pengalaman-pengalaman mimpi anak kami yang terlihat lewat igauan ini membuat kami sangat menghindari amarah kepada  anak kami sebelum tidur.

Joni H. Tarigan

Tidak memarahi anak bagi kami bukan dengan membiarkannya melakukan kesalahan. Yang kami lakukan adalah mengamati dengan teliti apa yang sedang dilakukannya. Sekalipun ada potensi salah dari perilaku atau perkataannya, hal yang lebih kami utamakan adalah meneliti latarbelakang sikapnya.

 Kerap kali apa yang dilakukan anak kami adalah respon dari apa yang ia lihat dan rasakan dari sekelilingnya. Kami juga sering kali menemukan, bahwa kamilah  sumber kesalahan itu. Ketika kami mendapati sumber masalah adalah kami orangtuanya, maka kami dengan tulus akan mengajak berdiskusi dan menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Biasanya cara ini sangat berhasil  mendidik anak, tanpa harus membuat anak merasa dipersalahkan atau dimarahi.

Hal lain yang sangat membuat saya tertegun dari pengalaman ingauan atau mimpi ini adalah pertanyaan, apakah kita bisa bermimpi tana ada pengalaman?

Dari pengalaman pribadi, dan juga pengamatan terhadap anak kami, saya berkayakinan bahwa untuk BERMIMPI SEKALIPUN KITA HARUS BERMODALKAN PENGALAMAN. Anda tidak akan pernah hadir dalam mimpi saya sebelum saya pernah melihat, mengetahui, dan pernah berfikir tentang anda. Saya juga demikian, tidak akan pernah muncul dalam mimpi anda. Hal yang akan muncul dalam mimpi adalah semua hal yang pernah bersinggungan dengan kehidupan kita.  Apa yang terjadi dalam mimpi memang belum tentu terjadi, akan tetapi semua pihak dan ekspresi dalam mimpi sudah pasti  pernah  hadir dalam kehidupan kita.

joni

Jika memang mimpi ini merupakan manifestasi dari pengalaman hidup kita, maka saya juga yakin baik buruknya suatu mimpi seseorang ditentukan oleh bagaimana ia menempatkan cara berfikirnya dalam merespon segala sesuatu dalam kehidupannya. Saya sendiri pernah bermimpi menusuk ayah saya, dan memang ketika itu saya menyimpan amarah untuk ayah saya. Ketika saya terbangun, tentu saja tidak ada niatan sejahat itu untuk orang yang telah membuat saya menghirup nafas kehidupan dunia ini.

Orang-orang yang bermimpi bahagia adalah orang yang tidak menyimpan rasa dendam, benci, dan iri. Mimpi indah adalah milik orang yang ingin membagikan kedamaian bagi semesta ini. Mimpi memang bukan kejadian nyata, tetapi mimpi tidak akan lahir tanpa realita. Mari kita bangun pengalaman hidup yang indah dengan menabur kebaikan bagi seisi alam semesta, agar kita mampu bernostalgia sekalipun lewat mimpi, karena mimpi tanpa realita adalah kepingan dusta kehidupan.

 
Mejuah-juah 2019.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.