Kolom Juara R. Ginting: TENGGELAMNYA KAPAL DANAU TOBA

Sora Sirulo adalah salah satu media yang paling duluan memberitakan secara serius peristiwa tenggelamnya KMP SINAR BANGUN di Danau Toba [Senin 18/6] (Lihat beritanya di SINI). Tapi, itu adalah satu-satunya berita kita untuk peristiwa itu.

Mengapa tidak lagi memberitakannya setelah berita yang satu itu?




Pertama, kita tidak punya wartawan yang berada di sekitar peristiwa dan juga tidak ada yang siap untuk dikirim ke sana (oleh berbagai alasan yang intinya adalah di luar kemampuan kita sebagai media sederhana).

Ke dua, pada hari kejadian itu juga Pimred (Ita Apulina Silangit) memperingatkan kita agar tidak mengambil foto maupun video apapun dari internet untuk menjadi bahan berita kita karena kebanyakan yang beredar adalah hoax.




Ke tiga, kita sama sekali tidak menyangka bila puluhan tubuh penumpang yang kecebur ke danau tidak langsung dapat diselamatkan pada hari itu serta kemungkinan besar saat ini telah meninggal dunia dan mayatnya menghilang atau tidak bisa ditemukan lagi.

Ke empat, kita melihat sebuah video di youtube yang memperlihatkan seorang ibu mengamuk dan marah-marah memprotes cara tim penyelamatan. Dia menuduh mereka tidak melakukan apa-apa.

“Ada yang cuman duduk di sini, ada yang merokok santai di sana,” katanya.

Lebih lanjut dia memberi contoh betapa mudahnya penyelamatan bisa dilakukan.

“Begitu banyaknya kapal parkir di Parapat [tentu juga di Simanindo, Tigaras, Tongging, Pangururan, Tomok, Ambarita, dan Tuktuk], panggil semua itu. Sewain semua. Mengapa cuman duduk-duduk saja?!” katanya berteriak sambil membuat Bahasa Tubuh menantang polisi yang coba menenangkannya.

Ke lima, salah seorang anggota Dewan Redaksi (Bastanta Permana Sembiring) mengingatkan agar tidak langsung mempercayai ungkapan-ungkapan di media maupun video-video mengenai jumlah kerabatnya yang hilang. Hati-hati dengan klaim jumlah korban yang merupakan keluarga terkait dengan mark up untuk asuransi.

Ke enam, anggota redaksi yang lain (Jebta Sitepu) tidak ada mengirim berita apa-apa. Ini mengindikasikan tidak adanya berita terkini dari BNPB. Jebta adalah redaktur yang bertanggungajwab atas berita-berita dari BNPB.

Mungkin karena minimnya berita paling update, sebagian media memberitakan secara gencar tentang mitos ikan emas yang dikatakan sebagai penyebab kecelakaan kapal tenggelam ini. Ada pula wawancara video yang menuduh secara tidak langsung adanya orang minum-minum tuak, main judi dan ketawa-ketawa di atas kapal itu sebagai penyebab terjadinya kecelakaan.




Blaming atau mencari kambing hitam dari sebuah kecelakaan adalah sangat wajar karena korban yang selamat masih mengalami shock (keterkejutan yang sangat) dari kecelakaan itu. Tapi, para jurnalis, pembagi informasi (baik tulisan, foto maupun video) tidak perlu ikut dengan irama blaming seperti itu apalagi mengekspose dengan cara mengeksploitasinya menjadi bahan berita sensasional.

Kalau saja yang dikatakan awak kapalnya terutama pengemudinya yang minum-minum tuak, logis ada hubungan kecelakaan dengan tuak. Tapi, bila penumpangnya yang minum tuak, itu namanya sudah “mencari-cari penyebab” yang hanya bisa dimaklumi karena si penutur masih dalam keadaan trauma (soalnya, hal ini bisa sangat sensitif terhadap Pilkada besok terutama karena adanya politik jual ayat).

Namun, saya juga sebagai pekerja media masih mengalami shock, setelah mengetahui berita terakhir masih puluhan korban yang tubuhnya belum ditemukan, sedangkan di pihak lain, sudah heboh cerita mitos ikan emas. Kenyataannya, penanganan kecelakaan atau bencana di daerah pemerintahan setempat adalah sangat amburadul dan sepertinya tidak punya sistim/ pola. Demikian juga pusat berita atau information/ media centre dari BNPD Sumut yang sangat tidak memuaskan kita-kita pekerja media.

Salah seorang wartawan kita yang kebetulan masuk ke dapur redaksi berkata: “Dasar memang masyarakat mitos. Tak mau lihat kenyataan, tapi langsung kombur tentang mitos.”

Untuk menjaga perasaan-perasaan korban yang selamat terutama keluarga para korban yang hilang bila saja kami membuat kesalahan pemberitaan, kecil maupun besar, maka kami berhenti memberitakan peristiwa ini untuk sementara.




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.