Kolom M.U. Ginting: Ahoy ….. Mejuah-juah, Medan!

M.U. Ginting 2Sebagian berpendapat bahwa inisiatif Walikota Medan ini memperkuat posisi politik golongan tertentu. Dengan sapaan Ahoy Mejuah-juah, orang Melayu dan orang Karo diuntungkan. Pendapat ini benar 100%. Inisiatif ini ada atau tidak, tetap ada keuntungan politiknya bagi orang tertentu atau golongan tertentu. Kalau tak bikin apa-apa maka pasti ada juga yang menang politiknya, yaitu pendatang di Kota Medan. Kalau inisiatif ini dijalankan, yang menang ialah penduduk asli Medan orang Karo dan orang Melayu.

ahoy mejuah-juah 4
Para aktor dan aktris Teater SIRULO saat memenangkan Juara III “Lomba Teater Rakyat Sesumut” di Hotel Dharma Deli, Medan. SIRULO tampil mewakili Kota Medan, menampilkan karya Juara R. Ginting yang berjudul MENGAPA KE MEDAN.

Orang Karo bilang, kebenaran kalau didiamkan akan hilang ditelan bumi. Inisiatif atau tidak, tetap ada yang menang secara politis. Diam ada yang menang, kalau ngomong dan berinisiatif juga ada yang dirugikan. Kebenaran akan terbuka atau kebenaran lama yang sudah sempat amblas ditelan bumi, diperbaharui lagi sehingga ‘image’ baru soal kebenaran kembali jadi patokan dalam masyarakat Kota Medan.


[one_fourth]Ethno-nationalism akan terus jadi pegangan utama pembentukan politik dunia[/one_fourth]

Ukuran terakhir selalu ialah mana yang adil dan mana yang benar.  Yang betul dan pasti adil ialah ‘di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung’. Itulah pepatah leluhur kita yang adil dan benar dan semakin terlihat kebenarannya dalam politik dan interaksi sosial antara semua suku bangsa modern dunia ini. Ethno-nationalism akan terus jadi pegangan utama pembentukan politik dunia. Atau dengan pekataan lain ialah KULTUR tiap suku/ nation selalu jadi titik tolak gerakan apa saja.

Ahoy Mejuahjuah adalah expresi kultur, dan pada abad ini sangat aktual dan penting untuk DIPERTAHANKAN. Tidak perlu terjadi atau ada kultur atau expresi kultur yang harus dipinggirkan. Expresi kultur ini harus dikedepankan di tempatnya yang seharusnya. Artinya, di situ ada perihal tanah ulayat dan penduduk dengan spesifik kulturnya.

ahoy mejuah-juah 5
Bernita Sembiring membacakan puisi karya Juara R. Ginting berjudul “Tok Sunggal Bulang Pa Timpus” (Ahoy Mejuah-juah) diiringi musik tradisional Karo dari Sanggar Seni Sirulo di salah satu pusat perbelanjaan Kota Medan.

Politik yang adil dan benar pastilah menguntungkan bagi semua termasuk bagi yang merasa dirugikan dengan terbukanya kebenaran. Biar bagaimanapun, keadilan dan kebenaran akan tetap betul sebagai dasar dalam menjalankan politik apa sajapun.

Tetapi, kebenaran ini tak dijalankan sudah sejak lama sehingga pendatang sudah berhasil dalam proses puluhan tahun ethnic competition selama ini mengubah ‘the image of the local population‘ seperti di Pakpak Dairi dan Simalungun.

Di Medan sekarang ini berlaku kembali ke Ahoy Mejuah-juah. Tak ada yang perlu disembunyikan di sini. Itulah kebenaran dan keadilan, selalu harus diperjuangkan secara terbuka, transparan dan tahan diperdebatkan sehingga jadi kebenaran ilmiah.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.