Kolom M.U. Ginting: CHANGING THE WORLD THROUGH COMMUNICATION

“Pentingnya komunikasi untuk mengubah manusia,” tidak perlu lagi diragukan. Memang komunikasi sesama manusa selain secara alamiah adalah keharusan, tetapi juga berfungsi untuk mengubah. Dari hasil komunikasi, pengalaman teman yang bagus kita tirukan. Sering kita merasa syukur dan berterima kasih karena dapat nformasi dan pengetahuan yang kita anggap sangat baru dan bermanfaat dalam kehidupan.

Mengubah manusia (negatif) . . .  satu segi dari perubahan yang diakibatkan oleh komunikasi itu sering juga terjadi, atau menjadi ‘trend dunia’ belakangan ini.

Mengubah manusia untuk memusuhi yang lain atau memecah belah, misalnya seperti yang dilakukan oleh grup Saracen, membangun 800.000 akun dengan konten yang sudah ditetapkan sebelum disiarkan, sehingga tujuannya betul-betul bisa tercapai semaksimal mungkin. Di bagian lain dunia, kegiatan ini digunakan oleh MSM (Main Stream Media) milik neolib deep state dengan cara menyebar-luaskan apa yang dinamakan ‘fake news’ atau ‘hoax’.




Di AS, Trump menyebut MSM fake news ini ‘the enemy of American people’. Di Indonesia tidak ada MSM yang punya pengaruh kuat seperti MSM di AS. Karena itu, di Indonesia dimanfaatkan media sosial yang sangat luas jangkauannya di kalangan penduduk Indonesia. Baik di AS maupun di Indonesia, tujuannya sama yaitu memecah belah mengacau dan kalau bisa menjatuhkan nasionalist Trump. Begitu juga halmya yang terjadi terhadap Presiden Jokowi di Indonesia.

Tetapi masih penasaran juga, apakah memang ada kaitannya fake news di AS dengan hoax di Indonesia misalnya Saracen itu?  

Kalau melihat suatu persoalan yang ada kaitannya dengan situasi internasional, tidak ada jalan lain yang lebih mendekati kebenaran selain meninjaunya dari segi KONTRADIKSI yang ada secara internasional pula. Atau secara umum, menganalisa persoalan apa saja selalu dari segi kontradiksi, karena persoalan apa saja adalah pencerminan adanya kontradiksi atau perjuangan antara segi-segi bertentangan yang ada di dalamnya. Kontradiksi ini dalam kehidupan sehari-hari kita sebut dengan istilah ‘perselisihan’, ‘sengketa’, ‘konflik’ dsb. Semua itu adalah gambaran perjuangan dari segi-segi bertentangan atau perjuangan dari bagian-bagian (grup, kelompok) yang bertentangan atau bermusuhan dalam tiap persoalan.

Karena itu, setiap persoalan adalah KONTRADIKSI.

Persoalan yang bersifat internasional pada umumnya erat kaitannya dengan KONTRADIKSI POKOK INTERNASIONAL/ DUNIA pada saat/ periode tertentu. Contohnya, ketika kudeta menjatuhkan Soekarno pada tahun 1965 tergambar kepentingan 2 kekuatan dunia ketika itu; Barat dan Timur.

Kontradiksi Pokok dunia ketika itu ialah antara Barat dan Timur atau Blok Demokrasi kontra Blok Komunis Soviet. Apapaun soal besar yang terjadi ketika itu seperti kudeta menjatuhkan Soekarno itu, tidak akan bisa benar/ tepat menilainya kalau tidak dikaitkan dengan kontradiksi pokok dunia ketika itu/

Artinya, harus dikaitkan dengan kepentingan Blok Barat dan kepentingan Blok Timur itu secara politik maupun ekonomi.

Demikian juga sekarang ini atau tepatnya belakangan ini dimana hoax dan fake news beredar luas seluruh dunia terutama yang kita lihat di AS Trump dan Indonesia Jokowi. Di AS fake news meningkat secara sangat drastis setelah Trump berhasil jadi presiden.

Mengapa begitu? Mengapa orang-orang globalist neolib ini mau menjatuhkan Trump?

Pertama dan yang utama sebabnya ialah karena Trump adalah seorang nasionalist Amerika, penentang globalist the establishment, kekuasaan lama neolib ‘the party of money’ (penulis Gore Vidal) atau ‘finance element of large centers’ (presiden Roosevelt). Di Indonesia sasaran utama ialah nasionalist Jokowi, orang yang sangat mengutamakan kepentingan nasional Indonesia, menjaga keutuhan NKRI. Beliau dengan sekuat tenaganya menentang usaha pecah belah atau adu domba sampai ke percobaan makar seperti gerakan 411 dan 212, gerakan anti Pancasila HTI dsb. Terakhir dengan gerakan pecah belah Saracen.




Analisa umum sekarang di Indonesia ialah bahwa gerakan pecah belah, Saracen, hoax dan fake news, semua ditujukan untuk mengalahkan Jokowi pada Pilpres 2019. Ini ada benarnya, karena usaha-usaha menjatuhkan Jokowi sebelum hari kontest itu sudah ternyata tidak berhasil.

Mengapa Jokowi harus  dikalahkan dan siapa yang paling berkepentingan untuk mengganti nasionalis Jokowi?

Pertanyaannya sama kepada Soekarno pada zamannya, ketika kontradiksi pokok dunia antara Barat (demokrasi) dan Timur (komunis). Siapa yang secara internasional berkepentingan menjatuhkan Soekarno, tentu tidak ragu lagi bikin jawabannya, dilihat dari segi kontradiksi pokok dunia ketika itu.

Sekarang, karena kontradiksi pokok itu adalah antara kepentingan nasional bangsa-bangsa dunia kontra kepentingan internasional neolib/ globalist, maka yang berkepentingan menggantikan atau menjatuhkan nasionalis Jokowi sudah tentu adalah orang-orang globalis neolib internasional itu. Kepentingannya bertentangan dengan kepentingan nasional semua nation dunia yang mengutamakan kepentingan nasionalnya. Sama halnya dengan kepentingan menjatuhkan atau menggantikan presiden Trump di AS, yang sekarang sudah terlihat jelas. Trump berulang-ulang menyatakan kepentingan nasional AS, ‘America First’, ‘make America great again’ dsb, semua ini tercantum juga dalam pidato pertamanya ketika pelantikannya.  




Leluhur orang Indonesia terkenal jujur dan ikhlas, semua kita juga merasakan dan masih mengakui hal ini. Karena itu, juga sering melihat ‘komunikasi’  HANYA dari segi kejujuran kita itu, dari segi berguna dan memajukan. Segi ini adalah memang benar dan tepat sekali. Tetapi kenyataan di depan mata kita sekarang ini, prang-orang Indonesia tidak selalu ‘jujur dan ikhlas’, seperti halnya Saracen itu, seperti penyebar hoax dan fake news itu. Mereka bertujuan sengaja memecah belah orang-orang yang ‘ikhlas dan jujur’ itu.

Walaupun budaya ketidakjujuran ini, korupsi, pecah belah (divide and conquer) dan saling bunuh adalah budaya luar yang dimasukkan oleh budaya kolonial dan imperialis neolib internasional, tetapi kelupaan kita soal ‘kemasukan’ budaya buruk ini sering terjadi. Kita lupa, sehingga tidak waspada. Kita tidak waspada adanya gerombolan manusia yang dari dulu sampai sekarang kerjanya memang memecah belah dalam mencapai tujuannya.

Sekarang sudah lebih jelas lagi dengan istilah neolib globalist deep state lewat koran-korannya adalah penyiar fake news, hoax, yang nasionalist Trump bilang ‘the enemy of American people’. Trump adalah seorang presiden negara adidaya yang sudah menetapkan dan jelas memposisikan dirinya dimana dia berada dalam KONTRADIKSI POKOK DUNIA sekarang ini.










Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.