Kolom M.U. Ginting: DALANG MISTERI

Tidak gampag memang bagi pihak kepolisian menayangkan di depan publik siapa dalang sesungguhnya kerusuhan 21-22 Mei 2019. Sama susahnya untuk menayangkan siapa dalang peristiwa kudeta dan pembunuhan massal 1965 sehingga sampai sekarang semua masih merupakan teori dan analisa berbagai ahli dunia, termasuk juga tulisan orang-orang (anggota) dari organisasi CIA. Tetapi, yang positif dari semua kegelapan ini ialah bahwa hakekat persoalan dan siapa dalang sesungguhnya sudah semakin jelas.

Sudah mungkin ditelusuri sendiri oleh publik.

Pengertian yang benar dan ilmiah tentang ‘misteri dalang’ ini sudah dipahami oleh sebagian besar publik berkat adanya internet. Dalang sessungguhnya kejahatan dunia dan pembelokan sejarah sudah bisa ditelusuri oleh siapa saja. Salah satu kunci utama ke arah itu ialah penelanjangan komunisme sebagai hoax besar, hoax terbesar dalam sejarah kemanusiaan.

Perjalanan sejarah ke depan sudah tidak mungkin lagi debengkokkan. Bahkan sejarah bengkok masa silampun semakin diluruskan dengan analisa yang lebih ilmiah dan tepercaya. Dari semua dan untuk semua (publik dan ahli) dengan memafaatkan internet.

Sebelum era internet, informasi dan pengetahuan hanya ditangani dan dimonopoli oleh media mogul kaum neolib pengusaha/ bankir global. Dengan monopoli berita dan sumber berita oleh MSM (Main Stream Media), manusia dibrainwash dan lebih parah lagi di-mind-control. Ini sudah berlaku setidaknya 170 tahun (sejak Manifesto Partai Komunis Marx 1848).

Salah satu contoh brain wash dan mind control ialah hoax komunisme. Dengan komunisme, sebagian manusia ingin mati untuk memperjuangkan komunisme. Sebagian lain ingin mati-matian berjuang menghabisi komunisme atau membunuhi orang-orang komunis. Wow, bicara soal brain wash dan mind control makhluk manusia! Makhluk manusia yang punya otak dan bisa berpikir! ‘Long live’ Marx dan Penyewa Marx!

“Most people don’t fully grasp the pernicious influence of mainstream news. Not just that influence now, not just in the past few years, but forever. The ability of the press, in concert with versions of the Deep State, to twist and deform and undermine and reverse and fragment public perception, on every major story and issue, is basically substituting death for life.” (Lihat di SINI)

Substituting death for life,” kata Jon Rapporport, sungguh 100% betul. Kita bisa telusuri sendiri berapa korban mind control pro-kontra  ‘komunisme’ ini di banyak negeri, termasuk di Indonesia 1965. Kondisi yang sama masih mau diteruskan ke 2019! Tidak lagi pakai hoax komunisme tetapi pakai hoax radikalisme sebagai penggantinya. Tetapi, hebatnya kesadaran rakyat, aparat dan pemerintahannya bukan lagi setingkat 1965. Hoax radikalisme pengganti hoax komunisme itu gagal total 2019. Long live Nation Indonesia dan rakyatnya.

Sudah semakin jelas siapa dalang ‘divide et impera’ 1965, tentu juga dalangnya 2019 walaupun tidak lagi pakai hoax komunisme tetapi pakai  hoax radikalisme/extrimisme atau terorisme (pembakaran kantor/asrama   dan mobil-mobil polisi Brimob) (lihat fakta-faktanya di SINI).

Kelompok ‘dalang misteri’ atau orang-orang di belakangnya masih sama seperti 1965, yaitu penggagas komunisme dan penyewa Marx untuk mengarang marxisme.  

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.