Kolom M.U. Ginting: DUSTA DITUTUP DUSTA

M.U. GintingSejarawan LIPI, Asvi Warman Adam menganalisa soal dusta dan kebohongan sekitar G30S yang membuahkan kampanye pembunuhan jutaan orang.

“Penderitaan itu pedih jenderal, pedih. Coba rasakan sayatan silet ini, juga pedih tapi tidak sepedih penderitaan rakyat,” kata seorang perempuan.

Dia pun mulai menyayatkan silet itu pada wajah Mayjen Soeprapto (merdeka.com). 

Dari dusta yang satu ke dusta lain, untuk melengkapi dan lebih mempertajam permusuhan antara ‘kiri dan kanan’ saat itu di Indonesia dan juga seluruh dunia yang diwakili oleh Blok Barat dan Blok Timur.

Dusta merupakan bagian terpenting dari semua pihak dalam perang kiri-kanan atau perang dingin itu. Di Indonesia atau tepatnya bukan hanya di Indonesia, dustahanya saja di Indonesia dusta-dusta itu telah melahirkan satu kejadian sejarah yang luar biasa di negeri yang rakyatnya dengan kultur dan budaya bersahabat dan ramah sejak dahulu kala,  tetapi bikin pembunuhan dan penyembelihan 3 juta manusia yang dicap ‘kiri’ atau ‘komunis’. Dosanya hanya capnya itu, mereka tak punya kesalahan apa-apa, tak tahu menahu dengan ‘lubang buaya’ yang diarsiteki dari luar. 

Kalau sekarang banyak orang jadi pembantai, begal, geng motor, tukang sodom, perampok, dsb. adalah karena pengaruh obat-obatan yang dimasukkan dengan sengaja ke Indonesia.

Tetapi ketika era penyembelihan 3 juta orang itu, belum ada yang namanya pengaruh narkoba sehingga orang jadi ‘setengah-manusia’ gampag dicuciotaknya dan bisa disuruh melakukan apa saja. Sebagai narkobanya ketika itu ya dusta-dusta itu saja. Sekarang dengan narkoba orang bisa disuruh bawa bom, bunuh diri, perkosa bayi atau anak-anak lantas membunuhnya pula, atau digarap untuk bikin apa saja, tak ada kesulitan. Tak perlu lagi ngarang dusta kayak dulu itu.   

Ketika era perang dingin, dusta-dusta itu harus diciptakan untuk mempertajam kontradiksi dan supaya siap bikin apa saja yang telah direncanakan oleh perekayasa dan arsiteknya.

Siapa di belakang perang dingin? Atau siapa di belakang adu domba kiri dan kanan Abad 20? Wow . . .  pertanyaan yang pasti mengejutkan bagi banyak orang kecuali bagi beberapa orang akademisi yang sudah dengan berani dan ilmiah dusta-2bikin analisa soal ini. Analisa dimulai dari munculnya gerakan kiri, dimulai dari tulisan Marx Manifesto Partai Komunis. Siapa yang menciptakan Marx? Wow . . . ini lebih seram lagi. 

Figur bisa diciptakan dalam rangka tujuan tertentu, seperti figur Soeharto atau terakhir figur Dimas Kanjeng Taat Pribadi di Jatim untuk tujuan tertentu oleh orang/ grup tertentu pula.

Bahkan Presiden AS yang pada mulanya dipilih oleh rakyat, dimiliki oleh grup tertentu seperti yang disinyalir oleh presiden Roosevelt 1933. Dia bilang:

“The real truth of the matter is, as you and I know, that a financial element in the large centers has owned the government of the United States since the days of Andrew Jackson.”

Hebatnya perubahan dunia itu ialah bahwa sekarang sudah semua soal bisa ditaruh di atas meja. Semua publik berkeinginan keras pula untu taruh soal di atas meja. Kalau tidak ditaruh di atas meja, berarti gelap dan kegelapan sudah pasti ada aibnya yang mau digelapkan. Menggelapkan yang aib itulah yang sudah sangat sulit sekarang, karena perubahan teknik informasi dunia yang tidak bisa lagi ditutupi.




Semua apa saja bisa dibongkar karena partisipasi publik yang luas dan tak terbatas juga tak bisa dihalangi lagi. Keterbukaan informasi dan partisipasi publik adalah syarat utama yang menghilangkan kegelapan. Kegelapan sudah semakin tak punya tempat sembunyi.

Di Indonesia, salah satu kegelapan yang semakin tak bisa disembunyikan ialah G30S  itu. Semakin hari semakin banyak keluar fakta-fakta yang selama ini masih bisa ditutupi karena era kegelapan itu. Tetapi kegelapan semakin tak bisa disembunyikan, bukanlah kehendak perorangan atau grup tertentu, tetapi perubahan dan perkembangan dunia yang tak bisa dihalangi oleh siapapun.

G30S adalah pencerminan dari kontradiksi ‘kiri dan kanan’ Abad 20. Siapa kiri dan siapa di belakangnya sudah semakin banyak analisa akademis yang keluar sehingga semakin jelas juga bagi banyak publik.




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.