Kolom M.U. Ginting: KOK TAKUT POLITIK?

mug 10
Pria Karo tradisional yang biasanya juga piawai membuat makasakan tradisional. Foto: ASTREA PURBA.

M.U. Ginting 2Beberapa alasan penting mengapa orang Karo menganggap politik ’menakutkan’ telah dianalisa secara bagus oleh Robinson Ginting Munthe (RGM) di grup Jamburta Merga Silima (JMS). Ketika orang Karo ’takut politik’ dan menghindari politik maka tentu orang Karo akan jauh dari kekuasaan, kata Alexander Firdaust Meliala (AFM).

Betul sekali, itulah yang selama ini terjadi, yang telah menimpa nasib orang Karo. Kalau jauh dari kekuasaan, tentu jauh juga dari ingatan orang, orang tak akan gubris atau lupa. Perjuangan politik adalah perjuangan untuk keadilan dan kesejahteraan rakyat. Karo punya modal dalam hidupnya selalu berdasar pada kejujuran dan keihlasan. Tetapi, kekuasaan tidak selalu sama dasarnya dengan pikiran Karo.

Orang Karo sebagai suku dan sebagai perorangan masih jauh dari ingatan orang banyak (publik). Ini terlihat dari pencalonan politisi nasional orang Karo selalu kalah pilih. Dari segi minoritasnya memang sulit, tetapi bukan itu faktor utama yang bisa mengubah situasi.

Ada satu hal jelas, ialah orang yang sudah mengenal Karo pastilah punya pikiran dan simpati yang sangat istimewa dalam arti munculnya perubahan mendalam dari kesan yang ada selama ini. Munculnya kesan baru dengan kwalitas baru, terutama keluarnya dari kesan lama ’Batak Karo’ setelah memahami secara tuntas bahwa Karo bukan Batak seperti yang ditanamkan oleh kolonial Belanda maupun terakhir dengan politik pembatakan berbagai suku di Sumut.

mug 11
Monumen pendiri Kota Medan, Guru Patimpus Sembiring Pelawi, difoto dari atas dengan drone oleh Nefo Ginting.

Perjuangan politik dari politisi Karo sebagai double suku terutama dari segi ketidakpahaman atas perbedaan kultur dan budaya dua suku selama ini sangat mengaburkan pengertian dan pemahaman publik bagi pemilih bukan Karo. Publik sama sekali tak ada pikiran atau punya pengertian kabur soal keaslian perjuangan politisi Karo sehingga publik merasa tak ada artinya memilih orang Karo. Siapa yang mau memilih orang kabur atau politisi kabur yang tak jelas sukunya atau kulturnya sebagai tempat berpijak yang kukuh?

Tetapi, akhir-akhir ini, banyak sekali perubahan sikap generasi muda Karo mengkedepankan posisinya sebagai Karo, way of thinking dan filsafat hidupnya yang sangat kompatibel dengan perkembangan dunia.

Berkat perubahan besar belakangan ini dimana generasi modern Karo terutama anak-anak mudanya sudah luar biasa aktifnya memperkenalkan dan mempromosikan keaslian Karo yang selama ratusan tahun (setelah lenyapnya kerajaan besar Haru Karo) tak pernah lagi diketahui orang luar, tak pernah diinformasikan keluar.

Tetapi, sekarang, berangsur-angsur semakin banyak yang mengerti keaslian Karo. Keaslian Karo yang sangat menarik dan dirindukan oleh dunia selain kejujuran dan ketulusannya, juga karena filsafat hidupnya kompatibel dengan perkembangan dunia dan menguntungkan kemanusiaan, menguntungkan perubahan dan mendukung perkembangan seperti win win solusinya ’sikuningen radu megersing, siagengan radu mbiring’ dan juga dialektikanya yang sudah tinggi dan lebih tua dari dialektika Heraklitos dan Tao, seperti Tesis-antitesis-syntetis Karo ’seh sura-sura tangkel sinangel’ (dialektika pikiran).

Karo sudah sedar dan yakin harus ngomong sendiri soal kepentingannya sebagai suku, soal kelebihan Karo yang berguna bagi kepentingan keanusiaan, kepentingan bersama. Ketakutan berpolitik telah disedari “kalau kau tak mau berpolitik, kau dipolitiki orang lain”.

Sama juga dengan kata-kata yang sudah sering kita bilang, “la ko ngerana, iranaken kalak ko” atau kalau kau tak ngomong maka orang lain akan ngomong untuk kau dan jangan tanya apa yang dia omongkan tentang kau.

Karena itu juga sudah kita tancapkan prinsip: omongkan, tuliskan, lakukan. Dan prinsip ini sudah semakin luas dikuasai dan dilaksanakan oleh putra-putri Karo. Hasilnya terlihat. Apakah pusat atau Jokowi akan menggubris erupsi Sinabung kalau orang Karo tak ngomong, tak bikin apa-apa diam saja? Siapakah yang menginformasikan ke seluruh Indonesia dan mancanegara soal erupsi Sinabung dan penderitaan penduduk yang sudah lebih dari setahun hidup seperti ikan sardin di penampungan darurat?

Jelas yang melakukan ini adalah putra-putri Karo yang utama! Yang sudah merasa terpanggil dan yang jumlahnya semakin banyak, mulai dari Karo, Medan, Jakarta, Bandung, Bekasi, Bogor, sampai ke Bangkok dan Leiden.

Politisi atau pejabat orang Karo dan yang mengerti serta menguasai kekaroannya, pasti bisa menggunakan situasi alamiah yang menguntungkan ini. Pertama sudah tentu sangat penting bagi politisi/ pejabat Karo menguasai keasilan Karo itu sebagai sumber utama modal sosial dalam perjuangannya.



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.