Kolom M.U. Ginting: Kritik

M.U. GintingKritik selalu perlu diteruskan, debat dihidupkan. Pihak Jokowi harus menghidupkan jawaban dari fakta dan kenyataan untuk menunjukkan kalau kritik terhadap pelaksanaan politiknya itu benar atau tidak. Gunakan keterbukaan, sehingga semua mengetahui persoalan sesungguhnya. Sekarang Jokowi dibilang sebagai sirkus oleh Gerindra.

Bagi pengeritik juga perlu jelas fakta-fakta mana yang tidak jalan dan mana yang dikritik  ’seperti sirkus’ itu. Kalau tak menyebutkan dan menunjukkan faktanya sama saja dengan ’tak ada apa-apanya’ juga, artinya bukan juga sirkus yang lebih baik. Katakanlah secara terbuka, ke seluruh rakyat dan ke seluruh dunia! Keterbukaan adalah kekuatan demokrasi dan ketertutupan adalah senjata diktator, diktator mana saja yang pernah ada dan yang masih ada sekarang ini.


[two_third]individu-individu ini bisa bersinergi cepat[/two_third]

Internet dan media sosial telah memungkinkan keterbukaan tak terbatas. ’ This World Wide Web connects individuals from every corner of the planet, providing a new type of society in which everyone’s voice can be heard and encouraging action to be taken on issues that matter, creating positive change in society.’ Tanggungjawab dan kontrol masyarakat berarti telah beralih atau akan beralih ke tangan individu-individu manusia dunia. Individu-individu ini bisa bersinergi cepat dan kerjasama. Diktator Tunisia dan Mesir dalam Arab Spring dijatuhkan dalam syarat-syarat revolusi informasi ini.

Rahasia inteligensi negara besar USA dan Obama ditelanjangi oleh anak buahnya sendiri dan disiarkan ke seluruh rakyat dunia. Tidak ada lagi yang percaya sepenuhnya kalau yang dijaga dengan rahasianya itu memang kepentingan negara atau kepentingan rakyat Amerika. Rahasia sebesar apapun tak ada lagi tempatnya untuk disembunyikan. Kehidupan dan keamanan rakyat tak bisa lagi dijaga dengan rahasia atau senjata ampuh. Kehidupan dan keamanan rakyat hanya bisa diawasi dengan keterbukaan, transparansi dan pengawasan semua orang dan semua individu, semua kolektif dan semua golongan.

Tahun 1960-70an abad lalu para pemuda berteriak ’power to the people’. Power di tangan individu-individu atau kolektif karena sinergi cepat dalam pengertian sesungguhnya, karena informasi dan pengetahuan ada di tangan semua orang. Kita menuju masyarakat baru. ‘Power to the people’ sudah tiba waktunya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.