Kolom M.U. Ginting: MENANGGAPI KOLOM ASAARO LAHAGU KEMARIN (Menguasai Duit)

Kolom Asaaro Lahagu di SORA SIRULO kemarin [Kamis 26/10] adalah sebuah pencerahan yang bagus dan sangat meyakinkan. Sekarang, sudah ada senjata hukum untuk menangkis usaha perpecahan dari pihak mana saja. Yang masih harus terus didalami ialah bahwa usaha divide and conquer ini adalah usaha dari pihak internasional neolib untuk mendominasi dunia dengan cara utama menguasai duit dunia dengan mendominasi human lives.

Cara yang sudah kita  kenal selama ini ialah dengan terrorisme, narkoba dan korupsi. Ketiga cara ini untuk mengakumulasi duitnya, dan filsafatnya ‘siapa menguasai duit, dia menguasai dunia’. Ini berarti juga dengan tujuan menguasai kehidupan manusia, domination of human lives.

Alat penting lainnya dalam mencapai tujuan ini ialah dengan menggunakan organisasi-organisasi rahasia. Kekuatan organisasi ini ialah karena rahasianya. Ini berlaku selama era ketertutupan, era abad lalu dan juga era abad-abad sebelumnya semenjak adanya kekuasaan lahir di dunia. Organisasi-organisasi ini semakin lemah tak punya kekuatan dalam era keterbukaan.




Penelanjangan organisasi intel AS oleh Snowden (NSA) atau Assange WikiLeaks, membikin organisasi rahasia ini semakin tidak berdaya. Berlainan halnya seperti di era ketertutupan. Sekarang publik dunia ikut menelanjangi kegelapan organisasi rahasia apa saja.

Di AS, deep state menguasai semua organisasi rahasia yang dibiayai oleh pajak rakyat ini seperti NSA, CIA, FBI dll. Di situlah kekuatan deep state. Walaupun terlihat masih kuat, arahnya sudah pasti. Pengetahuan dan penguasaan publik AS soal deep state dan kekuatannya semakin tinggi tiap hari berjalan. Cita-cita dominasi kehidupan manusia, the domination of human lives sudah dapat tantangan yang pasti – KETERBUKAAN informasi dan pengetahuan serta PARTISIPASI PUBLIK dunia yang luas.

Teror dan kudeta 1965 adalah usaha neolib (sekarang deep state) untuk duit (SDA) dan kekuasaan dengan teror dan pecah belah. Sekarang dengan Saracen, 411, 212, HTI, serta juga memanfaatkan perbedaan berbagai partai politik bikin pecah belah dalam rangka tujuan utama itu. Partai-partai seperti Gerindra, PKS, PAN, atau individu politisi yang berseberangan dengan pemerintah yang ada dan yang terpilih secara demokratis, dimanfaatkan oleh kekuatan divide and conquer luar ini.

Semua perbedaan dan kontradiksi yang ada dimanfaatkan oleh kekuatan luar deep state itu. Pengetahuan dan kesedaran untuk sampai ke tingkat inilah yang masih perlu bagi publik dan rakyat Indonesia serta terutama pemimpin politiknya. Dengan begitu, kekuatan divide and conquer ini harusnya tidak mampu memecah belah rakyat dan pemimpin Indonesia. Kita harus lebih menitikberatkan perhatian kepada usaha pecah belah dari luar ini (deep state) dengan tujuan mendominasi dunia (human lives) dari pada menitikberatkan kepada usaha kita saling berantam sesama anak bangsa yang sudah jelas dijadikan sasaran divide and conquer itu.

Kalau kita menitikberatkan sasaran kepada bangsa sendiri, sama  saja dengan pecah belah 1965. Ketika itu, hampir tidak ada perhatian adanya usaha pecah belah dari luar. Kebencian sepenuhnya hampir 100% diarahkan terhadap bangsa sendiri, dari kedua belah pihak yang bertentangan. Memang situasi ketika itu juga memungkinkan cara pikir itu, karena kita berada dalam kontradiksi pokok dunia yang berlainan, antara Blok Barat dan Blok Timur, era KETERTUTUPAN 100% di kedua belah pihak.

Tetapi, sekarang kita berada di era KETERBUKAAN. Apa saja bisa dibuka dan terbuka di luar kehendak perorangan. Keterbukaan tidak bisa dikendalikan oleh siapapun, karena pengaruh keterbukaan internet era digital itu. Neolib deep state tidak bisa lagi merahasiakan maksud dan tujuannya, mendominasi human lives dengan prinsip ‘siapa menguasai duit dia mengendalikan dunia’.








Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.