Kolom M.U. Ginting: MENDINGINKAN

M.U. GintingInisiatif yang sangat bagus dari PKB mengumpulkan kaum ulama, “bertujuan untuk turut mendinginkan suasana pasca unjuk rasa 4 November 2016 lalu.” Ini mengingatkan kita pada proses dialektika Hegel: Tesis-antitesis-syntesis’, atau order-disorder-order, dimana order yang ke 2 ini sudah berubah kwalitasnya. Jadi dalam proses yang sedang berjalan selalu akan ada atau terjadi perubahan kualitas hal ihwal. Order yang pertama tidak sama dengan order yang terjadi setelah melewati disorder.

Sebelum Demo 411, ada suasana tenang, order, tesis. Datang Demo 411, antitesis, disorder. Sekarang berangsur-angsur bermunculan order yang baru, synthesis. Apakah order yang baru ini (synthesis) sama kualitasnya dengan order yang lama atau tesis permulaan itu? Jelas tidak, karena pengetahuan, pengalaman dan pembelajaran  bertambah sangat banyak. Betul-betul sangat banyak dan sering sangat pahit pula.

Kita sekarang dalam proses menciptakan suasana order yang baru, seperti dalam usaha PKB kumpulkan sebanyak 10 ribu ulama itu. Jadi order yang baru ini nanti akan berkwalitas lebih tinggi dari order semula. Kita lebih banyak pengetahuannya, bertambah dari semua pengalaman dan kepahitan yang terjadi dan yang sering di luar dugaan kita atau di luar kehendak perorangan kalau dalam bahasa dialektikanya.

Apakah thesis-antitesis-syntesis? Itulah gambaran satu proses kontradiksi (konflik, perjuangan, pertentangan). Gambaran proses perjuangan dari segi-segi bertentangan dalam satu hal-ihwal atau suatu soal atau satu persoalan.

Contoh lain yang lebih menarik: Pilpres Clinton-Trump:

hegelSebelum kampanye, ada ketenangan, order, tesis, situasi dalam balans yang tenang, keseimbangan (kekuatan). Ketika kampanye terjadi disorder, kekacauan, saling serang, perjuangan sengit, yang satu mau ‘melenyapkan’ yang lain, tak ada balans kekuatan. Puncaknya 8/11. Yang satu dari dua kekuatan yang berjuang itu kalah, lenyap, yang lain menang, dominasi. Tak ada lagi perjuangan, menuju syntesis, order yang baru atau ketenangan yang baru. C dan T saling mengakui, saling bikin pujian dan penghargaan yang patut diapresiasi.

Order yang baru ini tidak sama kwalitasnya dengan order yang lama sebelum kampanye. Syntesis atau ketenangan (order) yang baru ini terlihat bagi semua rakyat dunia, sebagian malah terharu dan sangat apresiasi bagaimana C dan T saling menyatakan pengakuan dan penghargaannya demi kepentingan nasional Amerika.

Ada jarak waktu untuk kembali lagi ke proses tesis-antitesis-syntesis berikutnya, proses yang tidak pernah berhenti. Trump di satu sisi, orang lain atau persoalan besar lain di sudut lain yang harus dihadapi oleh Trump. Dan pasti akan lebih sengit lagi. Kalau dalam filsafat Karo sangat jelas dibilang dalam kalimat kiasan ‘seh sura-sura tangkel sinanggel‘. T akan kedatangan sinanggel baru (anti tesis) setelah tercapainya sura-sura dalam fase pertama tesis-antitesis-syntesis.  

Dalam Demo 411, sekarang masih dalam fase antitesis, yang sudah melewati puncaknya tetapi belum sepenuhnya ke syntesis, order baru dengan kualitas baru. Tetapi ini dalam proses perjalanan. Faktor bagus yang mempercepat seperti inisiatif PKB dengan 10 ribu ulama menyejukkan suasana. Yang lainnya ialah dengan bantuan aparat kepolisian untuk menegaskan yang salah atau tidak salah dari segi hukum, atau ahli-ahli dari segi bahasa atau agama.

hegel-2

Faktor-faktor lain yang bisa ikut menyejukkan ialah kita-kita ini semua yang mau bikin sumbangan pencerahan yang menyejukkan itu. Dengan begitu proses dialektika itu akan lebih cepat mencapai order yang baru yang lebih sejuk, untuk selanjutnya kembali ke disorder yang baru pula dan nanti ke order yang baru lagi yang lebih tinggi kualitasnya.

Maka itu, dalam proses dialektika itu berlaku selalu: KONTRADIKSI ADALAH TENAGA PENGGERAK PERUBAHAN DAN PERKEMBANGAN. Ada perubahan dan kemajuan atau perkembangan baru karena tercapainya kualitas baru itu.




Penjelasan ini semata-mata adalah dari segi proses intern kontradiksi, artinya tanpa pengaruh extern (kekuatan luar) seperti kekuatan ‘divide and conquer’ internasional yang selalu ada kemungkinan ikut campur seperti di Timur  Tengah. Usaha adu domba dengan memanfaatkan kontradiksi yang ada di dalam satu negeri, seperti perbedaan agama, suku, ras dsb.

Dan yang paling dahsyat ialah kekuatan ini sangat fasih dalam menggunakan PSIKOLOGI TINGGI, ilmu yang hanya sebagian kecil yang bisa melihat dan memahami sehingga tujuan adu omba itu berjalan sangat lancar dan mampu bikin adu domba sampai bunuh-bunuhan mengorbankan jutaan manusia yang berselisih itu. Contohnya di Irak atau Syria sekarang, atau Indonesia 1965. Penjelasan proses hukum-hukum dialektika di atas berlaku kalau tak ada pengaruh luar itu.

 



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.