Kolom M.U. Ginting: PP Muhammadiyah Tentang Terorisme

M.U. Ginting“Hasilnya, kasus-kasus Komando Jihad itu gerakan yang dimotori oleh intelijen unsur Angkatan Darat. Dari itu, sulit untuk tidak diberikan predikat bahwa radikalisme dan terorisme itu sebagai bentuk step terorisme. Aktor intelektualnya adalah negara, yang diumpankan adalah umat Islam,” kata Ketua PP Muhammadiyah Bidang Hukum, HAM dan Kebijakan Publik Busyro Muqoddas.

Ulasan yang sangat berani, karena benar juga. Dan dari pengalaman sendiri  selama menghadapi terorisme era Soeharto.

”Aktor intelektualnya adalah negara,” kayaknya bukan seluruh negara tetapi bagian dari negara, dalam hal ini ”yang dimotori oleh intelijen unsur Angkatan Darat”.

Komando Jihad ini menadatangi dan membujuk orang-orang yang dianggap perlu diamankan untuk bergabung dan menandatangani ”akta baiat” dan beberapa hari kemudian langsung diciduk oleh aparat intelijen.

“Tidak butuh berhari-hari mereka yang menandatangai itu kemudian disweeping oleh aparat intelijen non polisi, maaf, ada yang disiksa, sampai di pengadilan, kemudian dihukum mati,” ujar Busyro.

Jarang sekali kita membaca cerita pengalaman langsung seperti ini. Salah satu yang diutarakan Busyro Muqoddas sangat bernilai tinggi dari segi hakekat persoalan seminar terorismeterorisme di era Orba, tetapi tetap tak berbeda secara hakiki dengan terorisme sekarang. Belakangan kita sudah sering membaca kesimpulan dan hakekat terorisme atau ”globbal war on terrorism” disimpulkan oleh akademisi Prof. Chossudovsky dari Ottawa University bahwa perang terorisme itu adalah fabrikasi, a big lie, katanya. Chossudovsky baru saja terakhir ini bikin kesimpulan itu, dari hasil penelitiannya selama belasan tahun terhadap terorisme dunia.

Busyro mengumumkan analisanya sekarang yang pada hakekatnya tak beda dengan kesimpulan Chossudovsky:  “The so-called war on terrorism is a front to propagate America ’s global hegemony and create a New World Order. Terrorism is made in USA , The global war on terrorism is a fabrication, a big lie”.




Jadi bangsa Indonesia sudah dengan jelas bisa memahami hakekat terorisme yang telah melanda negeri kita sejak era Orba. Kita juga bisa mengerti lebih jauh dari pernyataan presiden Jokowi kalau teroris itu tak perlu ditakuti karena tujuan utamanya memang menakut-nakuti, dan wapres JK menegaskan bahwa teroris tak ada kaitannya dengan agama islam.

Analisa Chosssudobvsky dan Busyro Muqoddas soal terorisme adalah pengetahuan dasar yang harus diketahui elit politik/pejabat negara dan seluruh publik Indonesia sehingga bisa lebih mudah menghadapi ancaman perang fabrikasi itu. Walaupun fabrikasi atau ’big lie’ tetapi dia ada dalam kenyataan dan harus dihadapi. Dengan pengetahuan dasar yang sudah begitu jelas tentu lebih mudah menghadapinya bagi nation Indonesia.

Terimakasih kepada Chossudovsky dan Busyro Muqoddas.








Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.