Kolom M.U. Ginting: PROSES MENCAPAI KEBENARAN (Kasus Bakpao)

Mahfud MD mantan Ketua MK menggambarkan seolah Novanto orang paling berkuasa di negeri ini. Dia prihatin karena negara ini terakhir malah diejek oleh negara lain maupun rakyat karena seolah kalah dari seorang bernama Novanto. Luar biasa jugalah bisa dikatakan situasi suatu negara bisa dikutak-katik oleh seorang Ketua DPR RI, yang tersangka kasus korupsi besar-besaran. Apakah karena duit memang menentukan segala-galanya, ya?

“Money controls our lives, it’s time to rethink our relationship with the almighty dollar.”

Suara seperti ini akhir-akhir ini sering didengungkan juga dari Gereja Kristus, mengajak merenungkan kembali hubungan kita dengan uang. “Rethink” atau merenungkan kembali hubungan dan pandangan kita soal duit ini . . .  yang juga sebagai sumber segala macam evils, dan dalam tingkat tertinggi sebagai alat ‘pengontrol kehidupan’ bagi sebagian kecil elit untuk menguasai dan menentukan nasib manusia lain yang mayoritas dan berada diluar kekuasaan duit.




Adakah miripnya dengan ‘kekuasaan duit’ Setnov?

Sekiranya Setnov hanya tukang ojek biasa tentu hal ini tidak bisa terjadi, “negara seakan akan bisa diatur Novanto” situkang ojek. Apalagi mau bikin praperadilan. Contoh lain seperti praperadilan Jonru Ginting yang dipersilahkan oleh polisi kalau tidak setuju penangkapannya oleh polisi. Ini juga tidak gampang bagi seorang Jonru ‘tukang ojek’.

Itulah perbandingannya, jaraknya dengan kekuasaan duit tadi, Novanto tukang ojek atau Novanto yang punya duit yang bisa meng’akali’ negara.

Sekiranya Novanto hidup di zaman ketertutupan (sebelum internet), akal-akalan seperti ini tentu bisa bertahan lama bahkan bisa tertutup untuk selama-lamanya. Tetapi bagaimana sekarang? Bisakah Novanto bertahan bikin bengkak mukanya seperti bakpao untuk selama-lamanya? Berapa lama bakpaonya bisa bertahan? Berapa orang yang masih yakin bahwa Novanto bisa bertahan lama menyembunyikan bakpaonya?

Jumlah orang di kedua kubu inilah (pro bakpao atau anti bakpao) yang akan menentukan siapa pemenang terakhir dalam tiap pertandingan atau kontradiksi. Artinya  OPINI PUBLIK dunia, itulah jadi patokan benar atau tidak, patokan adil atau tidak, dalam tiap kontradiksi besar dunia. Dan opini publik ini tidak ditentukan oleh MSM (Main Stream Media) milik pemilik duit seperti dalam era KETERTUTUPAN abad 20, tetapi ditentukan oleh media publik (media sosial) dalam era KETERBUKAAN abad 21 sekarang ini. Dan inilah juga sebab utama mengapa ‘bakpao’ Setnov tidak bisa bertahan lama.

Dengan internet dan era keterbukaan, publik merasa teraktifkan bikin inisiatif membentangkan kebenaran dari pengalaman sendiri. Ini berarti internet empower people dalam dalam mengubah dan menentukan nasibnya sendiri, tanpa diatur dan dikontrol oleh penguasa duit yang secara internasional adalah neolib globalist Greed and Power untuk mencapai world hegemonynya.

George Orwell dalam bukunya 1984 bilangin a time of universal deceit, telling the truth is a revolutionary act. Sekarang ini, sebagai lanjutan dari abad lalu, dimana berlaku universal deceit contoh ‘bakpao’ Novanto itu, membongkar kebohongan dan ketertutupan di dalam tiap soal adalah tindakan revolusioner.

Artinya, tiap orang bisa bikin perubahan revolusioner hanya cukup dengan mengatakan yang benar saja. Dan ini semua orang berusaha dan terdorong akan melakukannya. Di situlah bakal kalahnya kekuasaan duit yang telah menghantui dunia dan kemanusiaan selama ribuan tahun abad ketertutupan.








Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.