Kolom M.U. Ginting: Simalungun dan Pakpak Yang Terdesak

M.U. GintingTadi pagi saya mendengarkan sebuah diskusi soal perkembaganban teater. Seorang pemain teater (extrovert) mengeluh dan mengajukan pertanyaan. “Apakah orang sekarang mampu membaca text terus menerus tak mendengarkan?” katanya.

Dia melihat perubahan besar dunia, dimana orang lebih senang membaca text (tulisan) daripada mendengarkan orang ngomong seperti abad lalu atau seperti mendengarkan saja seperti di teater dalam dunia dia. Orang ini terkecoh karena orang menulis (text) tentang permainannya, menganalisa tema dan orang-orangnya, dan oleh ribuan orang pula di internet, media sosial, blog dsb. Sangat berlainan dengan abad lalu.

Perubahan ini memang tak mengenakkan bagi orang-orang extrovert. Sama tak enaknya bagi orang-orang introvert abad lalu hanya mendengarkan mulut besar tetapi tak bisa menulis karena belum ada internet dan media sosial.

Orang-orang introvert tidak menginginkan kepunahan siapapun atau suku manapun, karena itu tugas kaum introvert dalam abad ini juga termasuk menulis sebanyak mungkin untuk membela suku-suku terdesak dan terancam punah.

Fenomena kepunahan ini sangat banyak memang di dunia, di Brazil, dan juga di Indonesia seperti di Jambi, dimana suku-suku pedalaman terdesak karena hutannya dirambah, sungainya dikotori dsb. Orang Simalungun sudah jadi tamu dan tidak lagi jadi tuan di daerahnya sendiri. Orang Pakpak semakin terpencil di daerahnya sendiri.

Mari semua jadi pelopor penggerak internet bikin tulisan-tulisan membela suku-suku yang bernasib jelek ini, membela suku-suku terpencil seluruh dunia menghindari kepunahannya.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.