Kolom Marx Mahin: HABITUS BARU

Salah satu kontribusi besar Pierre Bourdieu dalam teori sosial adalah usahanya mengkonstruksi sebuah metode yang memperhitungkan struktur maupun agensi, yaitu dengan meletakkan unsur habitus di antara agen dan struktur. Habitus sebagai proses penghubung agensi (practice) dengan struktur (melalui capital dan field).

Namun, Bourdieu tidak mempunyai definisi yang tetap tentang habitus. Konsep habitus diformulasikannya secara variatif.

Habitus dapat dikatakan sebagai ketidaksadaran kultural atau “blinkering perception of reality” (Fowler 1997). Artinya, Habitus adalah produk historis sejak manusia lahir dan berinteraksi dalam realitas sosial. Habitus bukan kodrat, bukan bawaan ilmiah biologis maupun psikologis.

Habitus merupakan hasil pembelajaran lewat pengalaman, aktivitas bermain dan pendidikan masyarakat dalam arti luas. Pembelajaran terjadi secara halus, tidak disadari dan tampil sebagai hal wajar, sehingga seolah-olah sesuatu yang alamiah.

Kenapa orang mudik, kenapa orang cuci tangan, kenapa makan dengan tangan kanan (khusus untuk yang tidak kidal), kenapa perempuan kalau duduk tidak “ngangkang”. Semua itu adalah habitus atau sesuatu yang dipelajari sehingga akhirnya menjadi “template” dalam kehidupan.

Wabah Covid-19 melahirkan HABITUS BARU yaitu mesti dan harus cuci tangan. Tentu saja Habitus Baru ini tak otomatis menghilangkan HABITUS LAMA. Mereka bisa bergandengan bahkan berhimpitan.

Saya pikir ini salah satu penjelasan kenapa ada banyak orang berdesakan belanja ke pasar dan mall belanja pakaian, sepatu baru. Mereka masih menerapkan habitus lama, di kenormalan baru. Sementara habitus baru perlahan merangkak terbangun

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.