Kolom Muhammad Nurdin: INILAH ALASAN BTP SELALU DIRINDUKAN (Unfold Story)

Basuki Tjahaja Purnama (BTP) lulus dan menjadi sarjana geologi pada usia 28 tahun. Ia bercita-cita ingin menjadi seorang pengusaha sukses. Hingga akhirnya, sang ayah mengubah semuanya. “Kita sebaiknya ada di pemerintahan, bukan jadi pengusaha,” kata ayahnya yang pengusaha tambang sukses di Belitung. Di balik kesuksesannya, ayah BTP adalah seorang yang sangat dermawan.

Ia banyak membantu orang susah.

“Kalau kamu punya uang 1 miliar, kamu hanya bisa bantu 2000 orang, masing-masing kamu beri 500 ribu. Setelah itu uang itu habis. Padahal, di desa kita ada 9000 orang. Dan kita pun tidak bisa memberi setiap hari untuk orang-orang itu,” ayahnya menasehati BTP lebih jauh.

“Kalau kamu jadi pejabat pemerintah, kamu bisa bantu orang satu desa, satu pulau,” kata-kata itulah yang mengubah jalan hidup BTP dari menjadi seorang pengusaha menjadi seorang pengabdi bangsa.

Sepuluh tahun setelah menjadi sarjana, BTP akhirnya menjadi anggota DPRD Belitung Timur. Di titik inilah karir politik BTP dimulai.

Tujuh bulan setelah menjabat sebagai anggota DPRD, banyak warga yang meminta kepadanya untuk maju dalam Pilkada Belitung Timur. Mereka mengatakan kepada BTP, “Mengapa kamu tidak mau jadi Bupati?”

BTP yang baru memulai karir politiknya sempat bingung. Baru 7 bulan, banyak orang menginginkannya jadi Bupati. Ia bertanya balik ke orang-orang tadi, “Bagaimana bisa saya jadi Bupati, 93% penduduk Bel-Tim adalah muslim?”

Mereka menjawab sesuatu yang tidak pernah dibayangkan BTP, “Kami tidak peduli, kami pilih kamu.”

BTP masih belum yakin, ia bertanya lagi, “Tapi kenapa? Saya tidak kasih duit juga ke kamu.”

Mereka menjawab tegas, “Kami tidak perlu. Karena kami tahu kamu akan bekerja untuk kami.” Akhinya, pada tahun 2005, BTP terpilih sebagai Bupati Belitung Timur.

Saat menjabat sebagai Bupati, ia banyak membuat program untuk membantu orang miskin. Ia berusaha keras untuk menaikkan kesejahteraan mereka. Dengan cara, menggratiskan sekolah dan memperbaiki sistem jaminan sosial dan pensiun.

Dua tahun setelah menjabat, nama BTP ramai dibicarakan di seluruh Bangka-Belitung (Babel). Ia seperti menjadi sinar harapan baru masyarakat Babel yang sudah jemu dengan keadaan.

Banyak orang dari kabupaten lain mulai berdatangan ke tempatnya. Mereka mengharapkan BTP bisa maju sebagai gubernur Babel.

BTP berada di tengah dilema. Baru dua tahun menjabat Bupati, ia sudah diminta jadi Gubernur. Ia masih mempunyai banyak hutang ke masyarakat Belitung Timur. Tapi, ia pun sadar, hanya menjadi Bupati banyak program-program unggulannya yang sulit terealisasi karena masalah anggaran.

Ia melihat, jika bisa menjadi Gubernur, selain bisa menjangkau lebih banyak lagi masyarakat, ia juga bisa lebih leluasa untuk menyediakan pasokan anggaran untuk pemerintahan di bawahnya.

Akhirnya, BTP mundur sebagai Bupati dan maju menjadi calon Gubernur Babel pada tahun 2007.

https://www.youtube.com/watch?v=6VDiWmAUGtE

BTP selalu unggul dalam perhitungan suara di banyak tempat. Hingga pada akhir perhitungan, tepatnya pada jam tujuh malam, BTP unggul dari lawannya dengan selisih angka 7000 orang lebih.

Tapi semua berubah. Saat sebuah keanehan terjadi.

Sejak jam tujuh malam, saat perhitungan akhir selesai. Tiba-tiba listrik mati. Listrik baru menyala lagi pada jam sebelas malam. Dan saat listrik menyala, perolehan suara menjadi berbalik. Lawan politik BTP unggul darinya dengan selisih angka 40 ribu orang lebih.

BTP langsung melaporkan dugaan kecurangan ini kepada KPU. Dan KPU meminta saksi-saksi diajukan. Banyak orang bersedia menjadi saksi BTP. Ia heran dengan orang-orang ini. Sebegitu besarnya harapan mereka kepada BTP.

BTP bertanya kepada orang-orang Melayu muslim, “Kenapa kamu berani jadi saksi saya? Ini berbahaya!”

Mereka menjawab, “Kita ini orang-orang yang tidak punya harapan lagi.”

BTP bertanya lagi, “Kenapa?”

https://www.youtube.com/watch?v=hcUZUvhQ53k

Mereka melanjutkan, “Kami tiadk punya harapan. Harapan kami hanya ada padamu.”

Mendengar jawaban mereka, dada BTP serasa sesak. Titik-titik air seolah berkumpul di ujung matanya. Menggelantung seolah hendak tumpah sejadi-jadinya.

Meskipun sudah banyak saksi dihadirkan oleh BTP, jawaban yang didapat BTP saat itu adalah kalau mau jadi gubernur, kasih dulu uang sebanyak 5 juta dolar.

BTP mengkonsultasikan masalah ini kepada teman-temannya. Mereka akan menyiapkan uangnya. Selangkah lagi jabatan gubernur akan didapatnya.

Setelah hal ini dibicarakan bersama sang istri, akhirnya BTP memutuskan melepaskan jabatan gubernurnya. Di kemudian hari ia mengatakan, “Sebuah negara hancur, karena para pejabatnya suka suap-menyuap.”

Ia juga mengatakan, “Saya percaya untuk menjadi seseorang adalah perbuatanmu, hatimu, dan ucapanmu harus sama.”

Dan hingga ia bebas pada hari ini, BTP tetap menunjukkan konsistensinya sebagai seorang yang berani menerima segala macam bentuk konsekuensi karena kejujurannya.

Setelah menjadi Wakil Gubernur DKI dan akhirnya naik menjadi Gubernur DKI, BTP tetap sama seperti dulu. Ia selalu resah untuk mewujudkan kesejahteran bagi masyarakat yang dipimpinnya. Ia siap berhadapan dengan siapapun yang ingin merampas hak warganya.

Selamat datang kembali BTP.

Selalu saja banyak orang yang merindukanmu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.