Kolom Sada Arih Sinulingga: MEMAHAMI “KARO BUKAN BATAK” DENGAN LOGIKA

Belanda pada saat terjadinya Perang Sunggal tahun 1872 -1895 menyebut perang tersebut sebagai Perang Batak (Batak Oorlog), Perang Sunggal bahu membahu Suku Karo dengan Suku Melayu untuk mengusir kolonial yang merampas tanah-tanah mereka.

Tanah-tanah itu hendak dijadikan perkebunan asing oleh tuan-tuan kebun.

Untuk melemahkan perlawanan ini, Belanda melakukan taktik devide et impera, pecah belah antara Melayu dengan Karo dan memfitnah Suku Karo sebagai orang-orang Batak yang suka merampok, primitif dan sebagainya disematkan sifat-sifat yang kurang baik.

Melayu di takut-takuti terus dengan kata-kata Batak kepada orang Karo di bawah pimpinan Datuk Sunggal Badiuzaman Surbakti dan saudara-saudaranya yang lain dibantu Panglima Nabung Surbakti dari Suku Karo. Belanda pun kemudian menyebutkan Perang Sunggal sebagai Perang Batak (Batak Oorlog). Belanda mengalami kerugian besar dari perang ini.



Menilik cukilan sejarah ini, maka melalui tulisan ini, dicoba memahami siapakah Batak yang sebenarnya dengan melalui Logika seperti dibawah ini.

Contoh:
“Hey monyet,” kepada si Jumpa Rigep

Pertanyaan:
Pertama, monyetkah si Jumpa Rigep? Tentu tidak , Jumpa Rigep tetap manusia bukannya monyet. Ke dua, siapakah yang monyet? Tentu yang monyet adalah monyet.

HEADER: Selendang Suku Karo (uis nipes) (Foto: @karo_kreatif).







Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.