Kolom Sanji Ono: BENDERA PUTIH FREEPORT

Setelah 50 Tahun menambang di bumi Indonesia, akhirnya Freeport setuju men-divestasi sahamnya sebesar 51%, merubah Kontrak Karyanya menjadi IUPK, membangun smelter dan mengembalikan areal kerjanya yang semula 90 ribu hektar menjadi 25 ribu hektar.

Ah, sungguh kado yang sangat manis untuk Kemerdekaan Indonesia.

Ada teman bertanya: “Kenapa baru sekarang Freeport mau tunduk dan menurut dengan Indonesia?”. Ditanya saat sambil ngunyah tempe mendoan, gua jawab: “Karena pemerintah saat ini tidak ada kepentingan apa-apa. Jokowi bekerja menggunakan hati dan nuraninya.”

Dahulu, saat Pemerintah Pusat ingin menekan Freeport, mereka selalu memanfaatkan Warga Papua sebagai tameng untuk berlindung dengan ancaman PHK misalnya. Tanah Papua yang tak pernah merasakan pembangunan membuat sebagian warga kehilangan rasa nasionalismenya. Mereka lebih memilih membela kepentingan Freeport dari pada membela negaranya. Karena mereka bosan dengan janji-janji manis pemerintah sebelumnya.

Saat ini, situasinya berbalik 180 derajat. Mayoritas Rakyat Papua menyatakan sumpah setianya kepada Indonesia, ratusan ekstrimis yg puluhan tahun bergrilya membuat onar dan melawan aparat keamanan kita sekarang dengan suka rela turun gunung menyerahkan senjata dan bergabung kembali dengan keluarganya.

Kembali timbul pertanyaan, apa yang membuat mereka sadar? Yup bener, pembangunan infrastrukur yang merata di Tanah Papua. Baru di era Jokowi mereka bisa melihat ribuan kilometer jalan Trans Papua terbangun menghubungkan kota dan desa mereka. Baru di era Presiden yang dianggap plonga plongo inilah harga BBM bisa sama dengan wilayah Indonesia lainnya dan harga-harga kebutuhan bisa turun drastis karena adanya kapal berjadwal pengangkut barang yang disubsidi pemerintah atau istilah kerennya Tol Laut.

Freeport yang dulu pongah mengancam akan membawa kasusnya ke Abritase sekarang tunduk tak berdaya di hadapan Jokowi, karena pilihan mereka saat ini cuma 2; tetap menambang di Papua dengan mengikuti semua persyaratan atau angkat kaki dari Bumi Indonesia.

Dengan semua hal baik yang sudah dibuat Jokowi, apakah bisa memuaskan para pembencinya? Tentu saja tidak. Mereka akan tetap nyinyir dan ngomong: “Itu 51% saham yang dijual Freeport belinya pakai apa? Pakai duitnya Dimas Kanjeng? Lah, hutang aja tiap tahun nambah terus kok mau beli saham Freeport?”

Gua jadi ingat satu kata bijak: “Yang membatasi kemampuan kita hanyalah cara berfikir kita.” Saat Jokowi kekeh menginginkan sesuatu, gua yakin beliau telah memikirkan jalan keluarnya.

Sekedar informasi, BUMN seperti PT Antam atau Inalum menyatakan siap membeli saham Freeport. Jadi, mending loe lunasi dulu hutang beras sama kopimu di kedai sebelah sebelum nyinyir gimana caranya beli saham Feeport.











Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.