Kolom Soibah E. Sari: DOKTRIN

Cara berpikir orang beragama itu sering di luar nalar, atau memang tanpa nalar sama sekali. Meskipun kadang para pemujanya keukeh kalau beragama itu memakai nalar. Saya ingat banget, waktu usia saya 12 tahun, pernah mendengar pertanyaan diajukan seseorang yang mumpuni dalam agamanya.

Saat itu saya dan teman-teman sedang berada pada satu ruangan.

Begini pertanyaannya. Seandainya hanyut sebuah kitab suci dan seekor anjing, yang manakah wajib diselamatkan duluan? Mau tau jawaban teman-teman saya waktu itu? Semua menjawab kitab suci!

Bagi mereka nyawa nggak penting! “Jika agama telah mematikan nalar dan rasa kemanusiaanmu, maka lepaskanlah ia seperti kamu melepas bajumu.” Telanjang, dong? Ada yang bertanya seperti itu.

Betul! Pesan semesta jelas, kita memang terlahir telanjang dan polos. Tidak ada sekat-sekat yang membatasi kita. Sampai kemudian ada yang menutupinya sehingga timbul perbedaan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.