Kolom Sri Nanti: STUDI BANDING

Kadang kita hanya berfikir satu variabel saja saat memutuskan untuk melakukan studi banding. Misalnya soal sampah, kita memilih Jepang yang konon sukses menjaga kebersihan kotanya. Kita lupa karakteristik Masyarakat Jepang dan masyarakat kita itu beda.

Regulasi yang diterapkan di Jepang mungkin sesuai dengan karakter masyarakatnya yang disiplin dan taat aturan.

Tapi, saat regulasi itu diduplikasi dan diterapkan di sini, hasilnya kok beda? Kenapa? Karena masyarakat kita belum disiplin dan taat aturan seperti Masyarakat Jepang.

Nah, solusinya gimana? Ya cari regulasi yang sukses diterapkan pada karakter masyarakat yang sama atau mirip dengan masyarakat kita. Kalau di Indonesia ya hampir semua miriplah. Kebiasaannya suka pipis dan buang sampah sembarangan, nyerobot antrian, taat aturan kalau ada petugas dan suka menyuap kalau ketahuan melanggar.

Makanya untuk urusan tata kota studi banding ke Surabaya masih lebih masuk akal daripada ke Jepang. Bagaimana dengan karakter masyarakat yang sama Bu Risma bisa bikin Surabaya sukses menjadi salah satu kota terbaik di dunia.

Eh, ngomong-ngomong soal sawit murah, barusan ada yang ngajak studi banding ke Bali. Mau ngapain? Di Bali nggak ada sawit. Kalau mau studi banding masalah alternatif ekonomi di daerah sawit ya cari daerah-daerah sawit yang masyarakatnya tetap survive di tengah merosotnya harga. Tapi, kalau cuma mau piknik sih… Hayukkk siapa yang nolak? ???

Foto hanya pengalihan isu, bahwa harmoni dalam jiwa menciptakan keseimbangan pada semesta (halahhh malah metu kata pujanggane) ???

Semangat hari Minggu, semangat road show kondangan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.