Kolom W. Wisnu Aji: SILENT MAJORITY vs BUZZER GABENER ANIES BASWEDAN

Tiba-tiba jagat media sosial digemparkan oleh ulah Gabener Jakarta yang menghamburkan anggaran. Patung seni bambu yang kayak orang sange alias mesum dengan anggaran Rp. 550 juta dibongkar. Ujung-ujungnya cuma jadi sampah. Warga net lewat kekuatan silent majority tanpa digerakkan mengumbar ekspresi kekesalannya di medsos yang bikin para buzzer Gabener Anies kebakaran jenggot.

Seperti biasa, kekuatan silent majority bergerak menunjukkan taringnya demi bangsa ini Ketika terjadi ketidakbeneran di negeri ini.

Silent majority yang selalu bergerak senyap bangkit kembali melawan segala hal yang terkait ketidakbecusan para pemimpin dalam mengelola daerahnya atau negeri ini.

Dulu, ketika terjadi ketidakbecusan dalam pengelolaan anggaran negara, silent majority selalu diekspresikan lewat aksi-aksi demo sebagai bentuk kekecewaan yang kian membuncah. Bahkan saat 98 kekuatan silent majority yang mahadasyat mampu menggulingkan Orde Baru yang telah berkuasa 32 tahun.

Kini, dengan kemajuan teknologi yang begitu dahsyatnya, ada proses pergeseran dalam mengungkapkan ekspresi kekecewaannya terhadap para pejabat yang dinilai lamban, menghamburkan anggaran bahkan yang minim prestasinya saat diberi amanah.

Kemajuan teknologi menempatkan media sosial sebagai sarana meluapkan kekecewaan terhadap perilaku para pejabatnya yang melenceng dari ekspektasi rakyatnya. Karena silent majority merupakan kekuatan rakyat yang terdiam dalam ekspresinya, namun terus mengamati setiap gerak gerik para pejabatnya.

Pada saatnya, kekecewaan itu membuncah. Kekuatan silent majority yang berasal dari rakyat yang terdiamkan akan menunjukkan taringnya bergerak di media sosial tanpa ada yang bisa membendung.

Fenomena Gabener telah menjadi incaran kekuatan silent majority yang terdiamkan. Sejak Gabener Jakarta memenangkan Pilkada Jakarta yang di luar keberadaban berdemokrasi di negeri ini.

Kumpulan silent majority menjuluki Anies Baswedan sebagai Gabener Jakarta karena menangnya dengan jualan ayat dan mayat. Tapi, setelah menang, cuma pinter mengumbar onani wacana alias pinter menata kata. Sayangnya, tidak pinter menata kota.

Sejak Gabener Jjakarta dilantik hingga hampir 2 tahun ini menjabat, kekuatan silent majority sudah mengamati dalam senyap segala hal yang berkaitan dengan kebijakan Gabener Jakarta dalam beronani wacana minim implementasi.

Mulai dari janji reklamasi yang ujungnya malah menerbitkan IMB bagi pengembang reklamasi. Janji membuat Jakarta sesejuk Puncak, tapi ujungnya Jakarta memperoleh predikat kota dengan tingkat polusi tertinggi di Asia. Terus, janji membangun Stadion Persija, tapi ujungnya cuma dihibur dengan seragam ASN bertuliskan Persija.

Ditambah lagi janji fokus membenahi Jakarta, tapi ujungnya sering plesiran ke luar negeri yang hasilnya minim implementasi. Kekuatan silent majority, kekesalannya kian membuncah ketika Gabener Jakarta mencadari sungai Jakarta yang tercemar. Habis anggaran Rp. 580 juta tanpa manfaat jelas.

Terbaru, yang bikin gerakan silent majority naik pitam berjamaah, adalah saat patung seni bambu yang terkesan bau mesum atau sange yang habis Rp. 550 juta tiba-tiba dibongkar jadi sampah yang terkesan membuang sampah duit Rp. 550 juta.

Berbagai macam ekspresi bermunculan di media sosial yang bikin jadi viral keprihatinan rakyat melihat kondisi Jakarta yang semakin menjerit. Silent majority yang kekuatannya di media sosial tidak bisa dibendung oleh siapapun membuat para buzzer Gabener Anies kelimpungan kebakaran jenggot melihat perilaku silent majority menghentak dan menggetarkan jagat maya.

Buzzer Gabener Anies terhimpun demi menggerakkan kepentingan mereka merubah sistem negara. Mereka menyiapkan dan menunggangi Gabener Anies demi Pilpres 2024 setelah Prabowo gagal alias kalah. Para busser Gabener Anies yang merupakan kumpulan jaringan radikalis negeri ini ingin memanfaatkan Gabener Anies demi memuluskan kepentingan mereka.

Maka, ketika kekuatan silent majority bergerak unjuk taringnya, hampir bikin Gabener Anies terkapar di media sosia. Ini membuat para buzzer Gabener Anies kepanikan. Seolah tidak terima jagoan yang digadang-gadang kaum radikal untuk bertanding dalam Pilpres 2024 dihajar babak belur oleh kekuatan silent majority yang selama ini terdiamkan dalam senyap.

Seolah menjadi pertarungan baru antara kekuatan senyap silent majority versus para buzzer Gabener Anies Baswedan yang lagi kepanikan.

Tapi, bagi kekuatan senyap silent majority tidak perduli mau Gabener Anies nyopras nyapres atau mau apapun ketika rakyat menilai kondisi Jakarta sudah cukup memprihatinkan. Hasil dampak Gabener Jakarta suka beronani wacana minim implementasi. Maka rakyat silent majority yang terdiamkan bangkit melawan lewat ekspresinya serentak di media sosial.

Tidak perduli dengan para buzzer Gabener Anies yang sedang mengemasnya demi Capres 2024. Tapi, kalau dianggap bikin kekecewaan silent majority, maka siapapun tidak ada yang bisa membendungnya. Silent majority akan terus bangkit tanpa mampu diperintah siapapun atau bahkan dibendung siapapun ketika ekspresi kekecewaan silent majority sudah membuncah.

Bahkan ketika para buzzer Gabener Anies mencoba menyihir warganet dengan membungkus sesyantik mungkin Anies Baswedan. Kalau silent majority tidak puas dengan kinerja Anies yang lebih sering beronani wacana minim implementasi maka silent majority akan terus bergerak di media sosial menghantui Gabener Anies Baswedan dan para buzzernya sampe kinerjanya menampakkan hasil.

Bagi rakyat dengan kekuatan silent majoritynya, dalam 2 tahun Gabener Jakarta, belum berbuat apapun bagi Jakarta. Bahkan jakarta dinilai mengalami kemunduran pasca Jokowi-Ahok.

#SalamWaras

Penulis adalah dari KOMUNITAS RAKYAT PINGGIRAN

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.