Kolom Boen Syafi’i: KRONOLOGI DEMO ANARKIS DI AS

Ceritanya begini. Saat itu, Trump kampanye di Solo sambil gebrak-gebrak meja. Lalu, Trump pulang lagi ke kediamannya di kawasan Hambalang. Tak disangka-sangka, di sana Trump sudah ditunggu pendukungnya, berjejer sambil treak “siyaap pesinden”. Pendukung Trump yang di Monas melakukan aksi doa bersama, dengan dibimbing ngustadzah Neno Dobel Yu Spears melafalkan doa ngancam Tuhan.

Kampanye terakhir, Trump berkata: “Jika saya kalah, itu artinya Joe Biden telah berbuat curang. Curang dan curaaanggg !!!!”

Pemilihan umum tiba. Trump kalah di quick count dari berbagai tv nasional – Trump gak terima, kalap, dan melakukan takebeer berjamaah sambil menelepon Rizieq McCarthy yang dulu berada di Zimbabwe karena usaha fifis camel di sana.

Malam, sebelum KPU Amrik umumkan kemenangan Biden, geng fetamburan dibantu beberapa bohir yang sakit hatinya, ingin membakar Jakardah. Namun, urung terjadi karena para otak kerusuhan dicyduk satu per satu oleh FBI bersama CIA, KGB, Mossad serta juga KUD dan KBB.

Ya, meskipun halte bus sudah jadi korban kebiadaban massa Trump. Dia ngambek, nangis sambil berguling-guling di kandang kudanya. Lalu, “Malaikat tak bersayap” yang berbentuk manusia itu pun mendatanginya. Sambil berucap lirih ke telinga Trump, Malaikat itu pun berkata: “Trump, jadi Menteri gua, ya? Udah gak usah nangis? Lihatlah, di luar sana lebih banyak orang yang berbahagia melihat nasib apesmu ini.”

Trump akhirnya menangis sejadi-jadinya. Bukan karena tawaran Menteri, melainkan kakinya terinjak kuda peliharaannya sendiri.

Tamat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.