Kuatkan Budaya Lokal, Kata Dzulmi Eldin di Pelantikan HMKI Medan

alexander firdausthmki medan 6ALEXANDER FIRDAUST. MEDAN. Pelantikan Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Himpunan Masyarakat Karo Indonesia (HMKI) Kota Medan periode 2015-2020 telah berlangsung [Jumat 12/6: Malam] di Jambur Namaken Jl. Jamin Ginting, Padangbulan (Medan).

Acara pelantikan ini berlangsung meriah dengan kehadiran sekitar seribuan hadirin yang terdiri dari berbagai elemen masyarakat, khususnya Suku Karo di Kota Medan. Pengurus inti DPC HMKI Kota Medan yang terdiri dari Gelora Kurnia Ginting SSTP MM (Ketua), Bona Manuel Tarigan (Sekjen), dan Ratna Sitepu (Bendahara), serta seluruh koordinator dan jajaran DPC HMKI Medan langsung dilantik oleh Ketua Umum DPP HMKI Dr. Ir. Alexander Barus bersama dengan Ketua DPD HMKI Sumatera Utara Ruben Tarigan SE.

Pada acara malam pelantikan DPC HMKI Medan juga turut dihadiri oleh Wali Kota Medan drs. HT Dzulmi Eldin S MSi. Dalam kata sambutannya, dia turut mengapresiasi dan berharap agar HMKI menjadi organisasi yang mampu menjadi pemersatu seluruh warga Karo, khususnya yang berada di Kota Medan. Wali Kota juga turut mengajak HMKI agar bersama-sama dengan Pemko Medan dalam membangun Kota Medan yang lebih baik ke depannya.

“Saya mengajak seluruh anggota HMKI Kota Medan untuk terus berperan aktif dan berupaya untuk memajukan Kota Medan yang kita cintai ini, yang salah satunya adalah dalam menentukan arah pembangunan Kota Medan. Selain itu, kita juga berharap agar HMKI Kota Medan turut mencegah lunturnya nilai-nilai budaya lokal disebabkan oleh budaya-budaya asing yang tanpa disadari kita telah terjerumus di dalamnya,” ujarnya.

hmki medan 8Acara pelantikan DPC HMKI Kota Medan ini turut dimeriahkan oleh sejumlah pegelaran seni dan budaya Karo, seperti adu perkolong-kolong, pegelaran musik tradisi Karo, serta pegelaran silat Karo yang dalam bahasa Karo disebut ndikkar.


2 thoughts on “Kuatkan Budaya Lokal, Kata Dzulmi Eldin di Pelantikan HMKI Medan

  1. Sikap dan pernyataan yang dibikin Dzulmi Eldin dalam menghadap HMKI sebagai perwakilan resmi kultur/suku Karo adalah sikap nyata ‘saling menghomati dan saling menghargai sesama suku. Bagi Dzulmi Eldin ungkapan ‘saling menghormati dan saling menghargai sesama suku’ bukan hanya basa basi atau jargon politik, tetapi bikin dalam kenyataan konkret.

    Perkembangannya sudah sejauh itu, dari basa-basi dan jargon saja pada mulanya, sekarang ke kenyataan konkret dan sungguhan, dan paling penting ialah sudah dimengerti arti sesungguhnya tuntutan zaman itu. Tak ada jalan lain untuk menyelamatkan kemanusiaan dunia yang dalam kenyataan terdiri dari jutaan suku/kultur itu . Di Indonesia yang juga terdiri dari ratusan kultur/suku harus menempuh jalan itu. Dan itu sudah ditunjukkan oleh HMKI dan wali kota Dzulmi Eldin.

    Karena suku/kultur berbeda-beda maka juga dalam kenyataan ada ‘ethnic competion’ yang pada abad lalu telah bikin perang enis yang makan korban jutaan, dan juga masih ada terjadi sekarang. Perang etnis ini sangat keji dan tak berperikemanusiaan, juga terjadi di Indonesia, bikin penderitaan dan bikin korban jiwa tak sedikit.

    Kalau ekonomi berfungsi sebagai dasar perubahan kesedaran manusia maka perang mempercepat perubahan itu. Ini sudah terbukti dari pelajaran dan kesimpulan perang etnis abad 20. Berapa banyak kesimpulan dan pembelajaran yang telah dibukukan oleh ahli-ahli dunia, dan berapa banyak kesimpulan praktis dan benar yang sudah ditrapkan dalam kenyataan seperti diatas (HMKI dan Wali kota Medan).

    Ethnic competition masih akan berlangsung dalam jangka panjang kedepan, ratusan atau ribuan tahun lagi. Bukti ada, selama 3000 th peradaban manusia, abad lalu pernyataan kompetisi itu dinyatakan dalam perang etnis yang tak berperikemanusiaan dan makan korban banyak. Tetapi jelas terlihat dalam kenyataan ada perubahan fundamental kesedaran dan pengertian manusia yang berbeda suku dan kultur itu. Harapan yang menentukan ialah adanya universalisme dalam setiap kultur, walaupun tingkat keuniversalannya berbeda dalam tiap kultur. Hilangnya perbedaan keuniversalan ini adalah permulaan hilangnya ’ethnic competion’, kontradiksi berubah kwalitasnya.

    Universalisme kultur dan budaya Karo adalah salah satu yang menonjol dalam kehidupan Karo, terlihat dalam watak kejujuran dan keichlasannya dalam praktek kehidupan sehari-hari, dan juga secara tradisional yang sudah melekat dalam jiwa tiap orang Karo sejak ribuan tahun didasari oleh filsafat hidupnya yang menggambarkan ciri kemanusiaan yang sangat mendalam yaitu ‘sikuningen radu megersing, siagengen radu mbiring’ serta dialektika pikirannya yang sangat tinggi ‘seh sura-sura tangkel sinanggel’.

    MUG

  2. “kita juga berharap agar HMKI Kota Medan turut mencegah lunturnya nilai-nilai budaya lokal disebabkan oleh budaya-budaya asing yang tanpa disadari kita telah terjerumus di dalamnya,” kata walikota Medan Dzulmi Eldin.
    Sudah ada lobbi yang bagus dari Karo untuk mengikutkan walikota dalam acara suku Karo dalam peran budaya lokal. Lobbinya bagus. Selain itu arus penting ialah bahwa sudah diketahui oleh luar bahwa suku Karo telah memerankan dan menjadi contoh dalam membangun kultur dan budayanya demi perkembangan dan kemajuan Indonesia dan kota Medan khususnya. Perkembangan dan kemajuan dengan mengikutkan budaya dan kultur lokal adalah jalan yang tepat abad ini.

    MUG

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.