Kolom Ervan J. Ginting: LAGI TENTANG SIAPA BATAK

“Orang Batak itu, ya, Toba, Samosir, Humbang, dan Silindung. Jika dia bukan orang Toba, berarti dia adalah orang Samosir atau Humbang atau juga Silindung. Masing-masing dari keempat sub-etnis Batak ini memiliki pakaian khas yang berbeda satu sama lain, namun disatukan dalam satu sistem, yakni Batak,” itulah Batak kataku dalam kolomku yang perdana di Sora Sirulo.

Berbagai tanggapan dan pertanyaan pun bermunculan. Ada yang setuju, ada pula yang tidak setuju terhadap tulisan itu.

Menurutku, orang-orang setuju karena sudah paham persoalannya, sedangkan yang tidak setuju kemungkinan penyebabnya adalah karena belum paham atau tidak mau paham atau juga tidak mau tau tentang masalah identitas kesukuan yang dialami Suku Karo saat ini.

Tapi yang ini aku tidak terlalu menanggapinya, karena setiap orang pasti memiliki pendapat yang masing-masing dan bebas berargumen. Hanya saja, aku yakin, jika orang yang kontra terhadap KBB itu kemudian terdorong mendalami tentang identitas sukunya sendiri, pasti dia akan berubah pikiran.

Kemungkinan besar mereka akan berbalik mendukung gerakan KBB dan lebih cinta terhadap identitas yang leluhurnya wariskan ketimbang identitas suku lain yang dilabelkan kepadanya.

Contoh aku. Dulu, sebelum mendalami identitas Suku Karo dan apa itu Karo Bukan Batak (KBB), saya sempat mengenalkan diri dan mengakui diri sebagai Batak Karo dan sedikit risih dengan KBB.

Tapi, setelah mendalaminya dan mempelajari tulisan-tulisan mengenai Karo Bukan Batak (KBB), saya menjadi paham dan mengerti bahwa Karo benar-benar suku yang mandiri. Bukan bagian dari Suku Batak. Bahkan, sekarang saya telah menjadi salah seorang penggiat KBB.

Ada juga muncul pertanyaan tentang marga-marga apa saja yang ada di Suku Batak (Toba, Samosir, Humbang dan Silindung) di tulisanku yang pertama kemarin.

Berikut kucoba menyampaikan beberapa marga Suku Batak (Toba, Samosir, Humbang dan Silindung) untuk kita ketahui bersama:

Ambarita, Aritonang, Aruan, Banjarnahor, Bakara, Buaton, Baruara, Batubara, Bondar, Debataraja, Doloksaribu, Gorat, Gultom, Gurning.

Habeahan, Harianja, Hasibuan, Haro, Hasugian, Hutabalian, Hutabarat, Hutagalung, Hutagaol, Hutahean, Hutajulu, Hutasoit, Hutahuruk.

Manihuruk, Manullang/Simanullang, Manurung, Marpaung, Matondang/Simatondang, Munthe, Nababan, Manik, Nadapdap, Nadeak, Nahampun, Naibaho, Naiborhu, Nainggolan, Naiposos, Napitu, Napitupulu, Ompusunggu.

Pakpahan, Pandiangan, Pane, Pangaribuan, Panggabean, Panjaitan, Parapat, Perdede, Pardosi, Parhusip, Pasaribu, Pohan, Pulungan, Purba.

Rambe, Rajagukguk, Ritonga, Rumahorbo, Rumapea, Rumasingap Rumasondi.

Sagala, Samosir, Saruksuk, Sarumpaet, Samosir, Siadari, Siagian, Siallagan, Sianipar, Sianturi, Sibarani, Sibagariang/Sinagabaring, Saragi, Siboro, Sibuea, Siburian, Sidauruk, Sidabalok, Sidabariba/Sinabariba, Sidabutar, Sidabungke, Sigalingging, Sihaloho, Sihite, Sihole, Sihombing, Sihotang, Sitohang, Sijabat, Silaen, Silaban, Silalahi, Silitonga, Simalango, Simamora, Simandahali, Simanjorang, dan Simanjuntak.

Simanungkalit, Simaremare, Simarmata, Simatupang, Simbolon, Simorangkir, Sinaga, Sinambela, Sinurat, Sipahutar, Sipangkar, Sipayung, Sirait, Siregar, Siringoringo, Sitindaon, Sitinjak, Sitio, Sitohang, Sitompul, sitorus, Situmeang, Situmorang, Situngkir, Sormin.

Tampubolon, Tamba, Tanjung, Tambunan, Tarihoran dan Togatorop, dan mungkin masih ada yang lainnya.

Semua marga Batak itu, sekali lagi aku jelaskan, tersebar dan ada di semua sub-etnis Batak (Toba, Samosir, Humbang dan Silindung).

Ada pun kemiripan beberapa merga/ marga dengan marga lain. Misalnya dengan Suku Karo, tapi itu tetap tidak bisa membuat Karo menjadi Batak. Dari berbagai penelitian dengan dasar kajian ilmiah, Karo terbukti memiliki eksistensi peradaban yang berbeda dengan suku bangso Batak (Toba, Samosir, Humbang dan Silindung) tadi. Bahkan Karo memiliki peradaban yang jauh lebih tua ketimbang Suku Batak.

Ada juga pertanyaan seperti ini. “Jika Karo bukan batak, kok punya merga/ marga?”

Sebelum menjawab, saya juga ingin bertanya kembali, “Apakah hanya Batak yang punya marga?” atau “apakah semua yang bermarga di dunia ini Batak?”

Suku-suku di Nangro Aceh Darusallam (NAD) seperti Gayo, Alas, Singkel, Kluet, dsb, orang di Sulawesi, NTT, NTB, Papua juga memiliki merga/ marga. Orang Nias, Minangkabau juga punya marga. Orang Tionghua juga! Apakah mereka juga harus dibilang Batak?!

Dalam Antropologi marga atau merga disebut “clan”. Menurut Antropologi juga, clan terdapat di suku-suku Benua Australia, Benua Afrika, Benua Amerika, Benua Asia, dan Benua Eropah. Bahkan kata clan itu sendiri berasal Bahasa Scott (Skotlandia).

Lalu, apakah semua suku yang menganut sistim clan iu adalah Batak? Sedangkan kata marga atau merga sendiri berasal dari Bahasa Sansekerta, bukan Bahasa Batak. Masih mending Minangkabau yang menyebut clan mereka dengan kata “suku” yang artinya 1/4 dari keseluruhan seperti dalam perhitungan waktu adalah sebanding dengan 15 menit (1/4 dari sebuah bundaran) atau sudut 90 derajat (1/4 dari 360 derajat).

Apakah Orang Minangkabau juga dipaksa-paksa ngaku Batak di suatu saat nanti?

Mejuah-juah Indonesia!

One thought on “Kolom Ervan J. Ginting: LAGI TENTANG SIAPA BATAK

  1. Wow, penjelasan yang lebih mantap lagi. Pastilah orang yang tidak mengerti ‘Batak’, sekarang jadi lebih mengerti. Presiden Jokowi pun sekarang pastilah sudah lebih banyak mengerti kalau ‘Mandailing bukan Batak’ ditambah dan diperdalam dengan pengertian Karo Bukan Batak.
    Pengertian yang lebih luas dan lebih mendalam soal suku bangsa dan kulturnya adalah jaminan utama mempertahankan Bineka Tunggal Ika. Itulah NKRI. Mencintai NKRI adalah mencintai dan mengerti serta mengakui dan menghormati semua suku bangsa dengan kultur dan budayanya termasuk bahasanya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.