Kolom M.U. Ginting: LENGGANG LENGGOK JAKARTA

M.U. Gintingjakarta 5Kota Jakarta memang istimewa. Sebuah kota Indonesia yang, selain ibu kota, juga selalu ada dongengnya yang menarik. Dulu ketika Pak Lengser ingin dongeng, ‘lenggang lenggok Kota Jakarta. jangan meleng nanti ditubruk beca’ . . .  Jakartalah yang pertama kali punya beca dan jadi tersohor seluruh Nusantara.

Jakarta pernah juga menjadi Pusat Demokrasi Terpimpin dari Negara Indonesia. Satu ide luar biasa dari hasil pemikiran ketimuran Presiden RI yang pertama Soekarno. Ini dilakukannya setelah mempelajari dengan seksama Revolusi [borjuis] Perancis menuju Kapitalisme Dunia di satu sisi dan, di sisi lain, dari pelajaran sosialisme Marx yang telah menghasilkan negeri-negeri sosialis dengan nama Blok Timur atau Blok Soviet.

Nantinya, gagasan ideal Presiden RI pertama itu digantikan oleh gagasan fasisme militer dari Jenderal Soeharto. Jakarta pun berubah menjadi Pusat Diktator Militer terbesar di dunia dan terlama pula.

jakarta 3Diktator militer Jenderal Soeharto berlangsung 33 tahun dari 1965-1988. Korban pembantaiannya juga terbesar dalam sejarah perkembangan bangsa-bangsa dan negara berkembang dunia. Korban mencapai angka 3 juta jiwa. Menurut keterangan Jenderal Sarwo Edhie, sebagian besar dalam satu periode yang tak lebih lama dari 1 tahun.

Akhirnya, pada tahun 1989, sebelum kematiannya, Sarwo Edhie memberi pengakuan kepada anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) bahwa 3 juta orang tewas dalam pertumpahan darah ini” (Wikipedia).

Sarwo Edhie sendiri diangkat  oleh Soeharto sebagai panglima penumpasan/ pembantaian ketika itu. Jadi, dia pastilah tahu persis persoalannya.


[one_fourth]lebih separuh penduduk Kambodja dibantai oleh Polpot[/one_fourth]

Di bagian lain dunia juga pada bermunculan kediktatoran fasis militer yang sama, seperti Mobutu, Mubarak, Pinochet dll. Diktator kebalikannya juga muncul seperti Polpot di Kambodja yang bikin penyembelihan kejam mirip diktator Soeharto. Hanya saja, jumlahnya lebih kecil karena penduduk Kambodja juga jauh lebih kecil dari Indonesia. Tetapi prosentasenya lebih besar. Diberitakan bahwa, setelah Polpot, penduduk Kambodja hanya tinggal 2-3 juta jiwa, padahal tadinya ada 5-6 juta jiwa. Kemungkinan besar lebih separuh penduduk Kambodia dibantai oleh Polpot.

jakarta 2Menarik sekali memang ‘dongeng’ Jakarta ini di masa-masa lalu. Tetapi, yang lebih menarik lagi ialah bahwa di era modern sekarang juga masih tetap ada ‘dongeng’ yang menarik. Saya kira justru paling menarik dalam banyak hal, terutama dari segi pimpinannya. Dari segi itu sering kita dengar pimpinan Jakarta terutama hasil pemilihannya. Siapa yang menang, siapa yang kalah dibarengi dengan berita korupsinya.

Lalu, banjir dan hidup susah, pengemis, pencopet, hidup di bawah jembatan, dsb. Belakangan, di bawah Jokowi/ Ahok, terdengar berita bagus; Rusun, Waduk Pluit, dll. Pendeknya sudah ada berita positif.

Di bawah pimpinan Jokowi/ Ahok paling menariklah cerita Jakarta, termasuk dilihat dari watak berkebalikan antara Jokowi dan Ahok.

Jokowi, dari Walikota Solo terpilih jadi Gubernur Jakarta,. Baru beberapa bulan bertugas, terpilih pula jadi Presiden RI. Ini sajapun tentu luar biasa juga. Mungkin bisa terjadi di dunia hanya 1.000 tahun sekali seperti ini. Buktinya 3.000 tahun dunia belum juga pernah terjadi seperti itu.

Karena ditinggalkan Jokowi, Ahok sekarang jadi Gubernur Jakarta. Dia menangani sendiri kemajuan Jakarta atau bikin ‘perubahan’ sebagaimana dia sering katakan. Ahok selalu penuh antusias dan semangat untuk membangun Jakarta, tetapi selalu dapat halangan dari sekelilingnya, termasuk ‘anak buahnya sendiri’ dan juga DPRD Jakarta yang menyunglap 12 T rupiah dari anggaran DKI seperti diberitakan terakhir.

jakarta

[box type=”shadow”]

“Saya sudah muak dengan kemunafikan. Pejabat-pejabat DKI ini luar biasa santun sekali jika ngomong sama saya, tetapi ternyata mereka bajingan semua,” kata Ahok.

[/box]

[slide]

Istilah ‘bajingan’ dan ‘bangsat’ sangat ringan keluar dari Ahok. Itulah pula bedanya dengan Jokowi, yang lebih banyak blusukan daripada ngomong. Ahok sebaliknya lebih banyak ngomong jarang blusukan.

“Gue siapin senjata mau perang, hayo! Saya mau pecat semua orang PAM. Mereka main politik. Buat saya, mereka itu bajingan,” kata Ahok menanggapi persoalan air bersih Jakarta (merdeka.com 24/2).


[one_fourth]’bajingannya’ ditemukan dan berangsur pastilah akan lebih bersih[/one_fourth]

Dulu tak ada yang ngomong soal bajingan air bersih, air juga jarang bersih. Sekarang ada ‘bajingannya’ ditemukan dan berangsur pastilah akan lebih bersih. Ada gunamya ngomong. Apalagi kalau diomongkan ke seluruh rakyat dan ke seluruh dunia. Keterbukaan dan kontrol masyarakat lebih meluas dan lebih mendalam. Tiap persoalan dibuka dan dipaparkan di atas meja rakyat.

Dua sifat berkebalikan antara gubernur dan wakilnya. Dua sifat berkebalikan antara dua tipe manusia. Jokowi dari Jawa yang lebih banyak diamnya atau lebih mengutamakan saling mengerti, Ahok (saya Tionghoa Indonesia, katanya) lebih suka ngomongkan apa yang dia inginkan supaya terlaksana.

Keduanya punya kelebihan dan kekurangan. Hasilnya akan kita saksikan sendiri nanti selama 4-5 tahun lagi, walaupun sekarang juga sudah kita lihat banyak perubahan positif sebagai hasil langgam dua macam kepemimpinan ini dibandingkan dengan gubernur-gubernur Jakarta sebelumnya atau presiden-presiden sebelumnya.

Sekarang gubernurnya jadi presiden dan wakil gubernur jadi pemimpin Jakarta ibu kota Indonesia itu.



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.