Kolom Eko Kuntadhi: MAAF, MAAF, MAAF

Apakah saya banyak salah padamu? Jika ada, saya yakin Anda sudah memaafkan duluan tanpa diminta. Sebab saya selalu bersangka baik padamu. Jika saya memohon maaf, dengan anggapan kamu gak mungkin memaafkan tanpa diminta, artinya saya beranggapan kamu begitu buruk. Begitu perhitungan hanya untuk sebuah maaf.

“Apakah Tuhan Maha pemaaf?” tanyamu.

“Iya…”

“Tuhan memaafkan semua kesalahanmu. Dia membalasnya dengan kasih sayang. Tapi timbangan amal baik dan buruk manusia, bukan hanya berususan dengan Tuhan.”

“Maksudmu?”

“Tuhan maha pemaaf. Sebesar apapun kesalahanmu, Dia sanggup memaafkan. Sebab hanya dzat yang paling berhak menghukum saja yang pantas untuk memberikan maaf.”

“Lantas mengapa kita harus meminta maaf kepada manusia?”

“Sebab manusia tidak maha pemaaf. Allah mungkin akan menerimamu dengan tangan terbuka. Mengajakmu ke keharibaan-Nya, seberapa besarpun kesalahanmu pada-Nya. Tapi sebelum itu Dia bertanya pada manusia lainnya, apakah pantas kamu duduk di surga-Nya.”

“Kenapa Dia perlu pertimbangan manusia lainnya?”

“Karena setiap manusia dicipta sebagai perwujudan diri-Nya. Ada kualitas-kualitas ketuhanan dalam diri setiap manusia. Jika kamu menyakiti manusia lainnya, Allah tidak akan mengambil hak orang yang disakiti untuk menghukum dan memaafkanmu.”

“Jadi karena itu kita perlu meminta maaf pada manusia?”

“Iya, sebab pemaafan dari manusia lain itulah syarat seluruh pemaafan dari Tuhanmu. Keikhlasan manusia padamu mewakili keikhlasan Tuhanmu.”

“Seluruh manusia?”

“Seluruh manusia.”

“Bagaimana jika agamanya berbeda?”

“Sebelum seseorang menganut agama tertentu, ia lebih dulu lahir sebagai manusia. Sebelum seorang jadi muslim, katolik, kristen, buddha, hindu. Ia terlebih dulu lahir sebagai mahluk Tuhan yang tidak berbeda denganmu. Manusia adalah mahluk yang cenderung pada kebaikan dan kesempurnaan. Mahluk yang hanif.”

“Maksudnya?”

“Karena keyakinanmu, setelah dewasa kamu mungkin berbeda pemahaman dengan manusia lainnya. Kamu berbeda ras. Kamu juga berbeda kepentingan. Jika karena keyakinanmu itu kamu menistakan kemanusiaan, kamu sebenarnya sedang membuat penghalang jalanmu sendiri menuju Tuhanmu.”

“Jadi agar mendapat berkah Idul Fitri kita harus gimana?”

“Kembalilah jadi manusia. Teruslah mengagungkan kemanusiaan.”

Minal aidin wal faidzin…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.