Mahasiswa Karo diantara Intelektualitas dan Pilkada (1)

Oleh: Salmen Kembaren (Sosiolog)

 

imka 3Salmen 1Pilkada Kabupaten Karo Tahun 2015 mulai terasa panas. Beberapa nama bakal calon (Balon) mulai bermunculan, namun belum ada yang mendeklarasikannya secara resmi. Tampaknya lobi-lobi sedang terjadi dengan situasi yang ada. Mahasiswa Karo sebagai benteng terakhir kaum intelektual seharusnya juga tidak boleh kalah panas dengan suasana ini.

Kaum intelektual dapat diartikan sederhana sebagai sekelompok masyarakat yang memiliki daya nalar dan pemahaman lebih baik dari masyarakat awam. Atau dengan kata lain intelektual merupakan kaum terpelajar.

Perlu membedakan kaum intelektual dengan kaum professional. Kaum intelektual memiliki pemikiran yang bebas, ideal, kritis dan mengacu pada kebenaran. Dia tidak terikat pada kepentingan sepihak tapi selalu menguak kebenaran. Sedang kaum professional memiliki pemikiran yang terkungkung aturan, berdasarkan kepentingan. Kedua kaum ini bisa saja berasal dari para sarjana yang sama pendidikannya menurut Hussein Alatas, tetapi berbeda posisinya ketika dikategorikan antara intelektual dan professional.

imkaPilihan politik merupakan ruang yang sangat mudah mengubah posisi seorang dari intelektual yang kritis tidak lagi intelektual dan tidak kritis. Apakah politisi masih dapat dikatakan sebagai intelektual? Bisa saja sebuah partai mengatasnamakan berdiri diatas kepentingan rakyat atau demi kebenaran, kesejahteraan, perdamaian, atau tujuan-tujuan lain yang amat konseptual. Demikian juga dosen, ia bisa saja memiliki pemikiran bebas, namun aturan pegawai negeri kadang mengkerangkeng pemikiran dan aksi mereka.


[one_fourth]membuat kebijakan demi keuntungan pihaknya[/one_fourth]

Oleh karena itu, kedua kelompok ini bisa seketika berubah-ubah posisi intelektualnya. Sebuah partai politik dapat seketika memihak rakyat untuk mendulang suara, namun ia juga dapat membuat kebijakan demi keuntungan pihaknya. Sama halnya pada dosen, pemikiran mereka terkadang dibatasi aturan ketika mengkritisi penguasa atau pimpinan mereka misalnya.

Mahasiswa merupakan kelompok yang paling baik mengisi ruang kaum intelektual. Mereka tidak dicekoki kepentingan penguasa. Bahkan mereka termasuk mewakili kaum kebanyakan yang sedang mengikuti sistem dan aturan para penguasa. Sangat terkecuali ketika mereka adalah seorang anak dari penguasa itu sendiri. Mahasiswa yang telah “dianggap” diberikan pendidikan cara nalar yang benar seharusnya mampu menjadi intelektual. Orangtua mereka merasakan dampak setiap kebijakan yang diambil pemerintah dan tentunya berimbas kepada mahasiswa.

BERSAMBUNG


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.