Kolom Asaaro Lahagu: MALAM LEBARAN — JK Serang Lagi Jokowi

Asaaro Lahagu
Asaaro Lahagu

Di malam Lebaran kali ini, JK kembali bermanufer. Ia menyatakan bahwa Pemerintahan Jokowi lamban dalam merespon Covid-19. Tak ada gerak cepat dalam menangkal Corona pada bulan Januari-Februari lalu.

Jokowi telah membuang golden time selama dua bulan.

JK bercerita bahwa ia telah meminta waktu bertemu Presiden Jokowi pada Februari lalu untuk membicarakan bahaya Covid-19. Namun pertemuan itu tertunda. Baru terlaksana setelah pengumuman kasus Covid-19 pertama pada 2 Maret 2020.

“Tidak ada waktu untuk menyampaikan concern ini. Kita masih berdebat pada Januari-Februari. Ini penting, tidak penting. Menganggap enteng. Dua bulan kita kehilangan (waktu),” kata JK dalam diskusi virtual bersama Tempo hari ini [Sabtu 23/5].

Pernyataan JK itu jelas menghentak publik. Beberapa pertanyaan muncul. Mengapa JK tidak menggunakan sambungan langsung (hotline) ke istana untuk berbicara dari hati ke hati dengan Jokowi? Mengapa JK menguak kegagalan pertemuannya dengan Jokowi pada bulan Februari lalu di muka umum?

Pertanyaan selanjutnya adalah mengapa JK pada malam Lebaran melempar pernyataan yang sifatnya menyalahkan Jokowi? Apa sebenarnya tembakan JK dalam serangan terbarunya itu?

JK menguak tertundanya pertemuannya dengan Jokowi ke ruang publik ada tujuan politis. Tujuannya adalah agar menjadi bola panas di tengah masyarakat. Jk paham bahwa bola panas itu akan menggiring para penentang Jokowi semakin panas.

Publik dipastikan terbagi dalam dua kubu. Ada kubu yang setuju JK dan ada kubu yang masih membela Jokowi. Di pihak JK, luncuran jepitan terbaru itu terlihat cocok di tengah banyaknya jumlah kasus baru Covid-19.

JK sengaja memanfaatkan malam Lebaran untuk memantik suara publik agar menyalahkan Jokowi. Tujuan di baliknya adalah agar publik semakin banyak yang menjadikan Jokowi sebagai musuh bersama. Inilah tembakan JK sebenarnya.

Manufer JK ini secara politik menjadi pintu masuk bagi pihak-pihak penentang Jokowi untuk terus mengkonsolidasi perlawanan. JK seakan merangsang keresahan publik yang sudah jenuh dengan PSBB sejak 31 Maret lalu.

Publik menilai bahwa PSBB belum menunjukkan hasil yang maksimal. Gugus tugas melaporkan korban Covid 19 meningkat dari hari ke hari.

JK tentu membaca kenyataan di lapangan. Ia paham bahwa ada pernyataan sesama menteri saling tabrakan satu sama lain. JK juga paham adanya kelemahan internal pemerintahan yang lamban bergerak, tidak padu dan kurang kompak.

JK mungin tidak sabar dan kurang memahami strategi tarik ulur pelaksanaan PSBB ala Luhut. JK pasti bingung soal protokol kesehatan dikontrol ketat gabungan aparat lintas instansi, namun di sisi lain izin operasi berbagai moda transportasi (darat, laut dan udara) kembali dibuka.

Oleh karena itu, ketika ada moment yang tepat, yakni moment malam Lebaran, JK langsung bersuara lantang. Ia berkelebat menyambar dan menentang pernyataan Jokowi untuk berdamai dengan Corona. JK tidak berhenti sampai di situ. JK menyambung kritikannya soal lambannya Jokowi bergerak cepat menangani Corona dan menyia-nyiakan golden time selama dua bulan.

Serangan terbaru JK ini perlu diwaspadai oleh Jokowi. Sebagai seorang mantan Wapresnya, suara JK pasti sampai di telinganya. Namun Jokowi diharapkan tetap tenang seperti yang diperlihatkannya selama ini. Jokowi tidak perlu reaktif atas serangan terbaru JK itu.

Di sisi lain, Jokowi perlu melihat serangan JK ini secara proporsional. Jokowi perlu menjadikannya sebagai bahan masukan yang berharga atau sebagai warning agar lebih berhati-hati terutama kepada para menterinya. Publik bisa melihat ada beberapa menteri yang suka menganulir kebijakan Presiden.

Bisa jadi para menteri itu sengaja melakukan upaya pembusukan dari dalam yang berujung pada jatuhnya wibawa Presiden di mata rakyat. Seorang presiden bisa jatuh karena kebijakan-kebijakannya yang tidak sesuai dengan harapan rakyat.

Di tengah-tengah pandemi Covid-19 ini, Jokowi perlu meningkatkan kewaspadaan pada perilaku yang ditunjukkan oleh orang-orang dekatnya dan para pembantunya. Kemungkinan ada yang memancing di air keruh. Ada Brutus di istana.

Kritikan JK walaupun pahit, perlu dijadikan bahan intropeksi diri oleh Jokowi dengan cara meluruskan cara kerja para menterinya. Sebab, kalau tidak, maka akan semakin banyak kritik yang diarahkan kepada Jokowi. Akibatnya kewibawaan pemerintahannya akan tergerus di mata rakyat.

Begitulah kura-kura.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.