MAMANG ATETA MAMANG (1): Gereja Karo (GK) atau Gereja Karo Protestan (GKP)?

Oleh: Juara R. Ginting

Hampir semua orang sekarang tahu bahwa nama GBKP baru muncul di tahun 1941, saat Sidang Sinode GBKP yang pertama di Sibolangit. Sebelumnya, hanya ada SATU gereja di Kalangan Karo, yaitu Karo Kerk. Ada perbedaan pandangan atas pertanyaan apakah GBKP adalah kontinuitas Karo Kerk atau sesuatu yang lain sama sekali.

Wajar saja ada beda pendapat itu karena secara resmi Sidang Sinode GBKP 1.

Saat itu (1941), Tata Gereja baru saja disahkan, sedangkan ulang tahun GBKP menunjuk ke saat ketibaan missionaris pertama di Buluhawar (H.C. Kruyt).

Beda pendapat itu juga diramaikan oleh berubahnya sebutan “Jubelium Sehna Berita Simeriah ku Kalak Karo” menjadi “Jubelium GBKP”. Yang pertama merayakan AWAL Kekristenan di Karo (artinya melibatkan semua Kristen) sedangkan yang ke dua berdirinya GBKP (padahal secara resmi GBKP berdiri pada tahun 1941).

Masalah kita sekarang bukan itu semua, tapi melainkan, anehnya (Mamang Ateta Mamang 1), di media sosial orang-orang menyebut Karo Kerk itu dengan Gereja Karo Protestan (GKP).

Ini aneh karena terjemahan harafiah dari Karo Kerk adalah Gereja Karo. Bila diterjemahkan Gereja Karo Protestan berarti terjemahannya bersifat INTERPRETATIF bukan ANALITIS.

Ketika saya periksa kapan atau siapa pertama kali menggunakan terjemahan Gereja Karo Protestan, tenyata adalah dari pihak resmi GBKP sendiri, seperti terlihat di portal resmi GBKP.

Ada kepentingan apa menambahkan kata Protestan di dalam terjemahannya sedang organisasi yang mendirikannya sendiri, Nederlands Zendeling Genootschap (NZG), tidak merasa butuh menambahkan kata Protestant?; cukup Karo Kerk saja.

Kerk artinya gereja, tak peduli Katolik maupun Protestan ataupun Advent dan lain sebagainya. Kerk is gereja.

Ada satu kemungkinan mengapa pihak GBKP lebih suka menggunakan nama Gereja Karo Protestan (GKP) daripada Gereja Karo (GK), yaitu oleh adanya Gereja Karo di Siantar (sekarang sudah memiliki 3 runggun). GK kemungkinan besar tidak mau bergabung dengan GBKP karena adanya campur tangan HKBP di dalam pendirian GBKP. Mereka melanjutkan nama lama Gereja Karo (GK).

Yang menjadi keheranan saya, para penggerak KBB yang berjuang keras meluruskan sejarah bahwa nama GBKP adalah sebuah “kesalahan sejarah” justru ikut versi GBKP menggunakan nama Gereja Karo Protestan (GKP) yang terkesan menutup-nutupi peristiwa yang sebenarnya terjadi pada saat itu.

Termasuk peristiwa adanya Gereja Karo (GK) yang tetap ditutup-tutupi. Padahal beberapa saksi mata sudah melihat Gereja Karo ada di tahun 1950an dan 1960an. Orang-orang sekarang pun tahu masih ada Gereja Karo dan bahkan semakin berkembang pesat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.