Kolom Juara R. Ginting: MASALAH AIR DI KABANJAHE DAN BERASTAGI — Menantang Paslon Bupati Menjelaskannya

Dari periode ke periode Pilkada Karo, masalah pengadaan air untuk memasak/ mandi di Kota Kabanjahe dan Kota Berastagi mencuat menjadi issue penting. Ini menantang para Paslon Bupati dan Wakil Bupati Karo untuk menanggapi pertanyaan dari para warga kedua kota ini. Umumnya mereka berjanji akan mengatasi masalah kekurangan air ini.

Tentunya bisa saja bila mereka terpilih menjadi Bupati dan Wakil Bupati.

Kenyataannya, dari periode ke periode, tahun ke tahun, bulan ke bulan, dan saban hari tetap saja air ini menjadi masalah bagi warga. Jalan keluarnya bukannya datang dari Bupati maupun wakilnya yang terpilih, tapi dari masyarakat sendiri dengan munculnya perdagangan air di masyarakat.

Saya tidak hendak menjelaskan mengapa ini tetap menjadi masalah sedari dulu hingga sekarang. Saya hanya hendak membangunkan kita semua terutama warga pemilih Kabupaten Karo dan kelima Paslon yang baru saja telah mendapat nomor urut dalam Pilkada Karo 2020 ini.

Di Pilkada kali ini, hendaknya warga Kabupaten Karo tidak lagi menuntut janji para Paslon untuk mengatasi masalah air di Kabanjahe dan Berastagi. Tapi, melainkan, menguji apakah mereka mengetahui dan memahami permasalahannya. Selanjutnya, kita bisa menguji kepiawaian mereka mengatasi masalahnya.

Misalkan saja, menurut mereka, letak permasalahan utamanya keengganan kontraktor mengerjakan proyek yang memperlancar hadirnya air leiding ke rumah-rumah penduduk. OK, ninta, bagaimana dia (sang kandidat) memecahkan masalah ini?

Mungkin saja semua Paslon berpendapat sama atau mereka saling curi pengetahuan. Itu tidak menjadi soal untuk warga, bukan? Yang kita harapkan bukan sekedar mengetahui apa masalahnya, tapi penguasaannya terhadap masalah dan mengurai persoalan sehingga tercemin kepribadian; khususnya dalam kejernihan berpikir dan kerelaannya bertukar pikiran dengan masyarakat.

Bisa saja para Paslon memetakan permasalahannya secara berbeda satu sama lainnya. Itu akan lebih seru lagi.

Tapi, perlu saya ingatkan, warga pemilih jangan berlaku kasar atau menyerang Paslon manapun juga yang menjelaskan permasalahan ini ataupun permasalahan-permasalahan lainnya. Saya mencium sesuatu di media sosial dimana sekelompok orang dari Tim Sukses tertentu sedang menghembuskan bara sipanasen.

Bara sipanasen hanya efektif untuk menutupi kelemahan Paslon tertentu yang kurang mampu menjadi seorang pembicara untuk warga pemilih. Memang dari periode ke periode selalu kita dengar ocehan untuk jangan terlalu banyak berbicara kandidatnya. Ini ocehan menyesatkan dan mematikan demokrasi.

Inti dari demokrasi adalah berbicara (secara lisan maupun tulisan). Bila pemimpin berbicara, ada yang bisa ditanggapi oleh warganya. Demikian juga halnya dengan masalah pengadaan air di Kabanjahe dan Berastagi. Kita minta para Paslon memaparkan masalah dan cara mereka mengatasi masalah.

Demokrasi itu bisa berlangsung kalau kita mengetahui permasalahan. Bagaimana kita mengkritik Pemkab Karo kalau warga sendiri belum tentu mendukung kita? Bagaimana warga Kabanjahe dan Berastagi mau mendukung kita bila mereka sendiri tidak tahu apa masalahnya kecuali tidak adanya air ke rumah mereka?

Saya yakin, banyak anggota DPRD Karo yang mengetahui dan memahami masalah air di kedua kota ini. Akan tetapi …… sebagaimana yang terjadi dari periode ke periode, siapul-apulen dan saling memahami biasanya legislatif dengan eksekutif. Terkadang judikatif juga ikut siangkan. Tapi, siapa yang memahami tangisan warga atas kerinduan mereka terhadap air untuk memasak dan mandi?

Bagaimana pun rumitnya masalah air ini, mari kita awali diskusi demokratis dengan para Paslon maupun tim sukses mereka dengan menyederhanakan masalah terlebih dahulu. Begini ….

Di manapun di dunia ini, tak terkecuali, pemenuhan water leiding selalu dengan 3 titik utama: 1. Sumber air, 2. pusat distribusi, 3. konsumen. Air mengalir dari sumbernya ke pusat distribusi dan dari pusat distribusi ke rumah-rumah warga atau tempat-tempat usaha. Kalaupun ada titik-titik tambahan misalnya tempat penyimpanan sementara sebelum dialirkan ke titik berikutnya, semua bisa kita sederhanakan menjadi 3 titik tadi.

Air otomatis mengalir dari tempat lebih tinggi ke tempat lebih rendah kecuali bila diberi tekanan atau sedotan sehingga bisa mengalir dari tempat lebih rendah ke tempat lebih tinggi. Keluhan warga yang biasa kita dengar adalah, ketika mereka membuka keran air, tidak ada air yang keluar atau hanya tetesan dan ini sering terjadi.

Di mana letak permasalahannya? Di sumber air kah? Di pusat distribusi kah? Instalasi pipa di rumah-rumah warga kah? Atau ada kebocoran pipa saluran yang menghubungkan ketiga titik itu?

Mari kita tanyakan ke kelima Paslon yang hari ini sudah mendapat nomor urut itu. Jangan tanyakan ke orang-orang lain. Saya juga bisa menjelaskannya dan banyak orang yang tahu, tapi sekarang kita mau tahu apakah para Paslon bisa menjelaskannya?

Diantara Calon Bupati Karo itu ada yang menjadi Wakil Bupati Karo selama ini. Wajar sekali dia tahu permasalahannya. Justru akan sangat aneh bila dia sama sekali tidak tahu. Tapi, persoalan kita tidak sebatas itu. Kalau dia tahu permasalahannya, beranikah dia memaparkan masalahnya dan menjelaskan mengapa selama ini Pemkab Karo tidak berhasil mengatasi masalahnya?

Selanjutnya, kita persilahkan dia memaparkan bagaimana dia kali ini (kalau terpilih jadi Bupati Karo) akan berhasil mengatasi masalahnya.

Mari kita jadikan kerangka persoalan pengadaan air ini menjadi kerangka untuk persoalan-persoalan lainnya yang diharapkan oleh warga pemilih di Pilkada Karo 2020 dapat diatasi oleh pasangan Bupati dan Wakil Bupati Karo berikutnya. Dengan membahas persoalan-persoalan seperti ini, kita harapkan strategi ngembus rara sipanasen tidak berhasil karena semua warga sudah otomatis dilibatkan di dalam pesta politik ini.

Strategi Ngembus Rara Sipanasen hanya akan mempercetek proses demokrasi, sedangkan kerangka yang sedang kami bangun ini adalah memperdalam dan meningkatkan kualitas Pilkada Karo 2020. Teserah para warga pemilih, main cetek atau mbages perpanna?

Adi numpang celup ndai nge maka nanamna nindu, e ula teh susuku enda deherindu. Terjadahen kam. 😀

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.