Kolom Boen Syafi’i: MASIH ADA SEBELAS OMNIBUS LAW LAGI, DRUN

Saya tertarik dengan tulisan Cak Dahlan Iskan, owner Jawa Pos tentang Omnibus Law. Di tulisan itu, Cak Dahlan Iskan (DI) mampu menerangkan hal yang rumit tentang Omnibus Law menjadi sederhana hingga mudah dipahami siapa saja. Saya setuju yang katanya Omnibus Law disadur dari istilah Bus Omni (Big Size) yang bisa mengangkut siapa saja.

Semua orang tidak perlu mengendarai kendaraan masing-masing, cukup masuk ke bus dan berangkatlah mereka ke tujuannya.

Lagian, jika mengendaai kendararan masing masing, pasti membuat macet jalanan yang bakal dilewati. Selain itu, resiko kecelakaan pun tinggi. Nah, dengan masuknya semua orang ke Bus Omni, bisa menurunkan resiko terjadinya kemacetan serta kecelakaan.

Ringkas, efisien, savety, namun penuh isi.

Sama halnya dengan Omnibus Law. Undang-undang ini bertujuan meringkas banyaknya aturan yang njlimet dan tumpang tindih, hingga mudah dipermainkan oleh raja-raja kecil yang ada di daerah.

Pada akhirnya, pelayanan hanya jadi wewenang Pemerintah Pusat. Tidak ada lagi aturan ataupun Pungli yang biasanya dilakukan oleh oknum aparat maupun yang berdasi. Termasuk izin pertanahan, AMDAL, hingga pendirian bangunan, kewenangan izin hanyalah milik Pemerintah Pusat.

Efeknya, investor jadi mudah mendirikan usahanya dan otomatis pula bisa membuka lapangan kerja sebanyak-banyaknya.

Ini baru Omnibus Law dengan judul “Cipta Kerja” saja. Konon masih ada 11 lagi Omnibus Law dengan judul berbeda, yang pastinya membuat DPR benar-benar bekerja.

Bisa jadi di salah satu judul tersebut adalah UU toleransi antar umat beragama. Yang efeknya sanggup membasmi gerombolan intoleran yang kian marak di negeri ini.

Saya mulai faham dengan apa yang dilakukan oleh Jokowi.

Meski sering dihujat oleh pendukungnya sendiri, dia tak peduli. Selama itu pula dia bekerja dalam senyap. Tak terlihat. Namun, sangat mematikan bagi para begundal negara serta kaum bersurban intoleran.

Baginya, membangun pondasi dasar yang kokoh untuk landscape arah tujuan kemajuan negara adalah yang utama. Daripada sibuk konferensi pers, membangun citra yang ternyata hanya bullshit.

Eh, kok jadi ngomongin Anies, ya?

Ahsudahlah..

“Jadi masih ada sebelas lagi Omnibus Lawnya? Wah, bandar demo bisa bisa beralih profesi nih, Cak.”

Beralih profesi apa Di Paidi?

“Jadi bandar dadu”.

Weladalah???

Salam Jemblem..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.