Memperkenalkan Karo di Kampung Sendiri

Oleh: Alfonso Maranatha Ginting (Medan)

 

Pertama kali seumur hidupku membawa kotak amal. Bawaan pertama, muka petak agak berbentuk prisma. Ketika lampu merah menyala di persimpanangan yang bernama Karo, Flyover Jamin Ginting. kami pun mulai menyodorkan kotak amal untuk membantu teman kita korban gempa.


Tidak satupun memberikan sumbangan. Malah nande-nande bertanya: “Ada gempa, ya, di Tanah Karo? Kapan?”

Dalam hatiku: “Tidak ada televisi di rumahndu, bi?” Tapi aku hanya menjawab: “Kemarin, bi, waktu yang kita rasa gempa di tanah, di Medan.”

Adalagi pengalaman yang unik. Ada orang yang melihat kami dengan pandangan sinis kayak pandangan Dedy Corbuser Mazigsen terkenal. Dalam hatiku berkata: “Mungkin dia adalah salah seorang anti KBB (Karo Bukan Batak, red.).”

Tapi, satu yang kupercaya bukan sumbangan dan cara kami ini yang perlu tapi lebih dari itu semua adalah kami mau memperkenalkan kekaroan kami. Kami mau beriklan melalui spanduk dan beka buluh yang kami pakai. Kami mau menunjukan keramahan sang empunya rumah yaitu suku yang besar, menerima pendatang dengan ramah dan baik.

Apalagi kalau tidak Suku KARO.





Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.