SADA ARIH SINULINGGA. KUTALIMBARU. Hari ini berkesempatan untuk mencari ulat sagu yang di dalam bahasa Karo disebut ki kidu.
Bagi Suku Karo yang doyan makan kidu (ulat sagu) memang mengasyikkan karena kidu memiliki kandungan protein yang sangat tinggi.
Kidu adalah salah satu jenis ulat yang terdapat di pokok Nipah (rumbia), Enau (poula), kelapa (tualah) dan pinang (mayang) yang telah ditebang. Setelah beberapa bulan kemudian, pohon yang ditebang membusuk sendiri dan berkembangbiaklah ulat yang disebut kidu.
Ada cara agar pohon rumbia yang telah ditebang dapat cepat membusuk dengan melobangi sekitar 30 x 30 cm di bagian tengah batang pohon kemudian ditabur pupuk Urea secukupnya maka perkembangbiakan kidu sangat cepat dan banyak jumlahnya. Harga kidu saat ini sekitar Rp. 1000 – 2000, tergantung ukurannnya.
Karo adalah satu-satunya suku di Sumatera yang sejak dari dulu mengkonsumsi ulat sagu ini. Bahkan suku-suku tetangganya seperti Melayu, Simalungun, Pakpak, Batak, dan Alas hampir saja tidak mengenal ulat sagu sebagai makanan bila saja tidak mendapat pengaruh dari Suku Karo belakangan ini.
Menurut catatan LIPI, Karo adalah suku pemakan serangga terbesar di Indonesia berdasarkan banyaknya jumlah spesies serangga yang dikonsuminya. Ada sekitar 100 jenis serangga yang dikonsumsi oleh warga Suku Karo hingga sekarang ini.
Harga kidu saat ini sekitar Rp.1.000 – 2.000, tergantung ukurannnya.