Kolom M.U. Ginting: MENCEGAH RADIKALISME RIZIEQ

Radikalisme dan terorisme bisa dicegah dengan pengetahuan dengan lebih mengedepankan aspek PENGETAHUAN. Kelihatannya inilah cara terbaik. Untuk itu, pertama dan terpenting ialah PENGETAHUAN soal terorisme itu sendiri. Tanpa Pengetahuan dan Informasi soal terorisme, agaknya orang Inonesia akan tertipu terus seumur hidupnya.

Dan memang sudah waktunya untuk berpikir dan mempelajari sendiri seluk-beluk terorisme dan radikalisme.

Jangan mau lagi dibohongi, pemerintahannya maupun politikusnya. Bacalah dan pelajarilah dari ahli-ahli dunia yang sudah banyak meneliti terorisme dan radikalisme, yang pakai dalih Agama Islam maupun yang tidak menggunakan dalih Agama Islam.

Terorisme datang dari radikalisme, dan radikalisme maupun terorisme dilahirkan di AS ketika era Obama dan sebelumnya. Artinya, ketika era orang-orang globalis di pemerintahan AS. Siapa orang globalis dan yang bukan globalis, tentu semua sudah bisa tahu.

Bagi yang belum tahu siapa yang globalis dan yang bukan globalis patut dikasihani dan diberikan pencerahan.

Tidak bisa mencegah terorisme kalau tidak tahu asal usul terorisme dan siapa di belakangnya. Di era Internet, soal ini semua bukan lagi rahasia seperti di era abad lalu, dimana rahasia kaum globalis itu masih tertutup ketat. Sekarang rahasia itu sudah tertulis semua di internet, sudah tertelanjangi betul.

“Terrorism made in USA, and the war on terrorism is a fabrication, a big lie” (prof Chossudovsky, Ottawa University).

Ini sesuai juga dengan apa yang dikatakan dan dipastikan oleh Trump dari pengalaman konkret yang dia sudah saksikan sendiri ketika masih berada di dalam klub globalis itu:

“But, the central base of world political power is right here in America, and it is our corrupt political establishment that is the greatest power behind the efforts at radical globalization and the disenfranchisement of working people. Their financial resources are virtually unlimited, their political resources are unlimited, their media resources are unmatched, and most importantly, the depths of their immorality is absolutely unlimited.”
Pidato Trump di West Palm Beach Florida 13 Oktober 2016.

Cobalah perhatikan dan bandingkan apa yang ditulis oleh Prof. Chossudovsky dan yang dikatakan oleh Trump soal terorisme dan radikalisme itu, tidak beda. Apakah itu kebetulan?

Saya kira bukan kebetulan. Karena kesimpulan teori Prof. Chossudovsky adalah hasil penyelidikannya lebih dari 10 tahun. Dan kesimpulan Trump adalah bedasarkan hasil penglihatannya sendiri ketika dia masih jadi anggota klub kaum globalis.

‘Terrorisme made in USA,” dan kata Trump Penciptanya di AS ialah ‘the corrupt establishment’ atau The Global Power Structure, yang kemudian disebut juga Deep State atau NWO. Saya seorang nasionalis anti globalist kata Trump sudah sering. Jadi jelaslah siapa yang globalis dan siapa yang nasionalis.

Pertengkarannya ialah antara globalis dan nasionalis. Dan ini kemudian terkenal dengan POLARISASI, sudah terjadi di AS secara sempurna, tidak ada lagi yang berdiri di tengah. Nationalist atau Globalist.

Dan juga sudah melebar ke seluruh dunia, digambarkan oleh bangkitnya partai-partai populis/ konservatif yang sebenarnya adalah kaum nasionalis bangsa-bangsa dunia, contohnya Brexit.

Polarisasi internasional ini tergambar dalam KONTRADIKSI UTAMA DUNIA Abad 21, yaitu perjuangan kepentingan nasional bangsa-bangsa KONTRA kepentingan global kaum globalis itu dalam usahanya menguasai seluruh nation-nation dunia.

Dan sudah lebih dari 240 tahun perjuangan kaum globalis ini yang sejak semula dipersenjatai dengan divide et impera, terorisme dan perang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.