Kolom W. Wisnu Aji: Menjawab Kajian ‘Tanpa Mikir’ FPI dalam Memaknai Pidato Ahok

pulau-seribu-3
wijayanto 8Setelah Kapolri merespon tuntutan demo untuk bikin proses hukum Ahok secara cepat, tegas dan transparan dipenuhi (dimana Kapolri dalam konferensi persnya siap melakukan gelar perkara terbuka dengan ditonton semua pihak) mulai diapresiasi. Bahkan Kapolri melontarkan pemantik wacana dimana ada pemenggalan kata “pakai ” yang bikin video pidato Ahok jadi heboh.

Tadi malam, setelah pemantik wacana Kapolri dilontarkan, para buzzer FPI mulai menyebarkan secara serentak di seluruh media sosial dan ditempelkan di seluruh masjid serta mushola tentang kajian “tanpa mikir” FPI memaknai pidato Ahok sebagai upaya mempengaruhi opini umat muslim menyongsong gelar perkara kasus Ahok.

Lalu apa yang salah dari KAJIAN “TANPA MIKIR” FPI tersebut dalam memaknai pidato Ahok?

Dalam pidatonya, Ahok menyatakan: “JADI JANGAN PERCAYA SAMA ORANG, KAN DALAM HATI KECIL BAPAK IBU NGGAK BISA MEMILIH SAYA YA KAN, DIBOHONGIN PAKE SURAT AL MAIDAH 51 MACAM-MACAM ITU.”

Dalam konteks tersebut menurut Kapolri ada perbedaan pemaknaan jika “dibohongi pake Al Maidah 51” dan “dibohongi Surat Al Maidah 51”. Ketika kata “pakai ” dihilangkan, berarti yang dihina Alquran-nya, tapi ketika kata “pake” utuh maka tidak ada kata Alquran dibohongi atau ulama dibohongi.

meme-tanpa-mikirLalu dijawab dengan kajian “tidak mikir” FPI dengan menjelaskan siapa yang dibohongi? Orang yang hadir di Pulau Seribu yang dibohongi.

Lalu, alat kebohongan Alquran ayat Al Maidah 51 dan siapa yang berbohong yaitu orang yang menyampaikan ayat tersebut dan yang menyampaikan menurut mereka adalah dari Rasulullah, sahabat nabi, ulama hingga aktivis Islam. Jadi, kajian “tanpa mikir ” FPI kesimpulannya bahwa Ahok menista agama, Alquran dan melecehkan ulama (klik meme di sebelah kiri untuk ukuran lebih besar).

Yang menjadi catatan dalam menjawab kajian “TANPA MIKIR” FPI adalah bahwa memaknai konteks kalimat pidato Ahok harus utuh. Bahwa sepakat bener konteks yang dibohongi adalah orang-orang yang hadir di Pulau Seribu. Konteks alat kebohongannya juga sepakat yaitu melalui Al Quran Surat Al Maidah 51.

Tapi, yang membedakan adalah bahwa orang yang berbohong bukan siapa saja yang menyampaikan ayat Al Maidah 51 kalau yang dicontohkan FPI dari Rosululloh hingga ulama.

Dalam kajian “tanpa mikir” FPI lupa bahwa ada redaksional yang mampu melokalisir konteks orang yang berbohong pake ayat tsb yaitu redaksional “KAN BISA SAJA BAPAK IBU DALAM HATI KECIL NGGAK PILIH SAYA YA KAN?”

Redaksional “NGGAK PILIH SAYA” inilah yang mampu melokalisir makna meluas dari bahasa “ORANG” yang menyampaikan ayat tersebut yang berbohong text-and-contextsehingga bisa dimaknai bahwa orang yang menyampaikan ayat tersebut adalah konteksnya khusus Pilkada DKI ditegaskan dari kata “PILIH SAYA”.

Jadi, orang yang menyampaikan ayat tersebut berbohong bukan diartikan meluas dari jaman nabi hingga pengguna ayat tersebut termasuk ulama. Tapi melainkan, orang yang menyampaikan ayat tersebut sebagaimana diperjelas oleh Ahok dengan orang-orang yang berkepentingan dengan Pilkada DKI, yaitu mereka yang memanfaatkan ayat Al Maidah 51 untuk menghasut warga Jakarta agar tidak memilih Ahok.

Jadi, secara jelas, kalau kita membaca secara utuh kalimat pidato Ahok maka tidak ada bahasa kalimat yang menghina Al Quran ataupun menghina ulama, selain daripada sebagai pendidikan politik warga bahwa memanfaatkan ayat untuk menghasut demi kepentingan politik Pilkada tidak baik.

Intinya, kalau baca redaksional secara utuh maka tidak perlu ahli bahasa yang kredibel pun kalimat Ahok sudah jelas dan mudah dicerna. Konteksnya bukan meluas dari jaman nabi hingga sekarang, tapi terbatas pada menyongsong kontestasi Pilkada DKI yang sudah banyak hasutan memanfaatkan ayat tersebut.




Tidak ada satu katapun yang menyatakan adanya unsur dugaan menista agama serta menghina ulama kalau kita mampu baca redaksional secara utuh. Jadi, upaya propaganda yang selama ini dilakukan FPI adalah keliru besar dan cenderung membohongi Muslim seluruh Indonesia dalam memaknai pidato Ahok.

#SalamPencerahan

Baca …. pahami … sebarkan

Dipublikasikan oleh CENTER STUDY REPUBLIC ENLIGHTMENT FOR PROGESIF MOVEMENT (CS REFORM)




One thought on “Kolom W. Wisnu Aji: Menjawab Kajian ‘Tanpa Mikir’ FPI dalam Memaknai Pidato Ahok

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.