Sirulo TV: MENJENGUK PETANI JAGUNG DI URUK BIRU (Surga Jagung di Tanah Karo)

Laporan Rosaliza beru Tarigan (Tigabinanga)

Uruk Biru merupakan kawasan perjuman (pertanian) bagi warga Tigabinanga sekitarnya. Kawasan yang berbukit-bukit ini merupakan salah satu surga jagung di Kabupaten Karo (Sumatera Utara) dimana sebagian besar warga di Kecamatan Tigabinanga bertani jagung. Tingginya harga jagung belakangan ini tentu memberi angin segar bagi petani jagung, apalagi bagi yang memiliki lahan luas, tentu hasil produksinya juga melimpah.

Bapak Rasid Perangin-angin adalah salah satu pemilik lahan jagung di Uruk Biru.

Dia mengaku sangat bersyukur dengan harga jagung yang rata-rata pada kisaran Rp 4.000/Kg. Menurutnya, ini harga yang sudah cukup pantas.

Menurut informasi dari Pak Perangin-angin ini, di Uruk Biru, hasil panen jagung dalam tiap hektarnya bisa mencapat 8 ton.

“Dalam satu hektar itu bisa mencapai 8 ton jagung. Jadi, dengan harga Rp 4.000/Kg petani cukup diuntungkan,” tuturnya.

Namun, walau harga di tingkat petani cukup tinggi, bukan berarti keuntungan berlimpah dapat diterima oleh petani sepenuhnya. Buruknya infrastruktur berupa akses jalan yang sulit untuk menuju lahan membuat biaya (ongkos) yang harus dikeluarkan oleh petani juga semakin besar. Mulai dari upah pekerja hingga transportasi untuk mengangkut pekerja, pupuk dan hasil kebun menjadi beban tambahan bagi petani.

“Kendala kami para petani di Uruk Biru ini, buruknya infrastruktur sehingga biaya pengangkutan tinggi karena jalanya rusak,” Curhat Pak Perangin-angin kepada Sora Sirulo.

Hal senada, soal buruknya infrastruktur yang mengakibatkan mahalnya ongkos juga diakui bapak Cipta Sebayang selaku pengemudi Hardtop untuk mengangkut hasil pertanian dari Uruk Biru.

Akunya, pihaknya sebenarnya juga tidak tega untuk menaikkan ongkos angkutan kepada petani. Namun, karena buruknya akses jalan menuju lokasi, mengakibatkan meningkatnya biaya perawatan kendaraan, membuatnya dan pengemudi lainnya pun harus menaikkan ongkos angkutan.

“Kami per Hardtop-hardtop pun sebenarnya tidak tega membebankan ongkos mahal kepada petani. Tetapi burukya infrastruktur mengakibatkan kami harus mengeluarkan biaya semakin tinggi untuk mereperasi mobil,” keluhnya.

Lebih lanjut, sambungnya (Sebayang-red) berandai-andai. Jika infrastrukturnya baik, tentu biaya perawatan kendaran lebih dapat diminimalisir yang kemudian juga menurunkan ongkos angkut barang. Ini tentu sangat mengurangi beban petani.

Kita berharap pihak-pihak terkait dapat memberi solusi segera bagi para petani, terutama di Uruk Biru, khususnya dengan menyediakan infrastruktur yang baik agar para petani semakin mudah dan murah mengangkut hasil panennya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.