Kolom Eko Kuntadhi: MEREKA YANG MEMBENCI KEHIDUPAN (Sirulo TV)

Di Kartasura, Jawa Tengah. Dekat pos polisi. Sebuah bom low explosive meledak. Pelaku ditenggarai menjadi korban ledakannya sendiri. Alhamdulillah, tidak ada orang lain yang jadi korban kebiadaban ini. Mungkin pelaku ogah berbagi bidadari. Dia mau mengangkangi sendiri.

Saat ini adalah suasana mudik yang cukup menyenangkan.

Jalanan lancar. Tidak ada kemacetan berarti. Harga sembako juga normal. Tidak gonjang-ganjing seperti biasanya. Sebagian besar masyarakat sedang bersiap merayakan Idul Fitri dengan adem. Sumringah. Dan khusyuk.

Tapi, ada gerombolan yang tidak suka melihat orang senang. Mereka gondok kalau rakyat gembira. Mereka benci jika hidup berjalan normal. Maka, sekuat tenaga mereka akan menyulut ketakutan. Meski bomnya kecil. Meski mengorbankan diri sendiri. Yang penting suasana ketakutan segera menyebar.

Wajar sih. Yang namanya setan, kerjanya memang menakut-takuti orang. Itulah fungsi mereka.

Gampang ditebak. Sasarannya adalah pos polisi. Mirip serangan di Jln. Thamrin, Jakarta, beberapa waktu lalu. Pola serangan teroris belakangan ini memang kerap mensasar polisi. Berbeda dengan gerombolan Alqaedah dulu, yang sasarannya selalu objek-objek yang banyak orang asing.

https://www.youtube.com/watch?v=QhxKS3YLYBE

Yang membedakan teroris dulu dan sekarang adalah, dulu jaringan mereka lebih rapih. Ketika merencanakan aksi dibuat sangat detil. Dengan pembiayaan tidak sedikit. Juga dilakukan oleh beberapa orang yang terorganisir.

Ada pencari dana. Ada peninjau. Ada yang menyiapkan bom. Ada juga yang jadi ‘penganten’. Biasanya memakan banyak korban. Sebut saja Bom Bali I dan II, Marriot, atau Kedutaan Australia. Ketika digulung, polisi berhasil menguak jaringannya.

Teroris saat ini lebih banyak dibina oleh ISIS. Pola serangannya berbeda dengan Alqaedah. Asal seruduk. Asal serang. Tanpa perhitungan. Kadang kala dilakukan oleh pelaku tunggal (lonewolf). Tujuannya bukan mau mencari korban sebanyak-banyaknya. Tetapi targetnya menyebar ketakutan.

Mereka gak sadar. Semakin mereka menyebar ketakutan, semakin keras juga masyarakat akan melawannya. Semakin mereka menteror. Semakin kuat juga ikatakan kita sebagai bangsa. Kita gak ikhlas begundal-begundal itu, atas nama apapun, berniat menghancurkan kenyamanan hidup kita.

Ini adalah Indonesia. Negara dimana teror jadi bahan tontonan.

Rakyat Indonesia lebih tertarik mengusahakan surga di bumi. Menciptakan kehidupan yang adem, gayeng, sejahtera. Sebab, bagi kami, itulah surga yang bisa diwujudkan. Bisa diusahakan bersama. Sementara untuk surga akhirat, kita serahkan pada Allah, pemilik kehidupan.

https://www.youtube.com/watch?v=9IHoDlXQytY

Bagi kita, semangat berani hidup jauh lebih berarti dibanding berani mati. Mati itu gampang. Tinggal lilitkan bom di badan atau menenggak racun juga bisa.

Sementara hidup yang baik dan bermartabat perlu usaha keras. Sesunguhnya ajaran agama apapun selalu mengatur bagaimana seharusnya manusia menjalani kehidupan. Bukan mendoktrin bagaimana caranya mati. Apalagi menuntun gimana cara mati konyol.

“Mas, kalau ada Genderuwo mati, arwahnya bakal gentayangan lagi, gak?” seperti biasa, Abu Kumkum selalu gak nyambung.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.