Kolom Joni H. Tarigan: MESTAKUNG




joni hendra tariganSaya kembali teringat ketika membaca buku Prof. Yohannes Surya tentang MESTAKUNG. Mestakung merupakan singkatan dari SEMESTA MENDUKUNG. Jika dikaitkan dengan keadaan Indonesia, pemahaman saya dalah ketika masyarakat Indonesia itu berada dalam keadaan kritis, maka masyarakat itu akan bersama-sama bekerja untuk keluar dari krisis dan membentuk tantanan baru. Semesta dapat diartikan sebagai gerakan massal (banyak) untuk tujuan berubah.

Apakah anda merasa pessimis dengan semakin banyaknya koruptor yang ditangkap? Atau, siapakah diantara kita yang merasa optimis? Tanpa menguranghi hormat kepada yang berbeda pandangan, saya memutuskan untuk optismis dengan semakin ramainya kasus korupsi. Selain kasus korupsi tindak pelanggaran di berbagai bidang juga membuat saya optimis. Optimis saya  karena saya melihat suatu hasil dari proses ini adalah semakin minimnya pelanggaran yang merugikan kebersamaan rakyat.

Semakin banyak kasus yang diungkap, semakin banyak juga tantangan yang tidak ingin kepentingan tertentu terganggu. Akan tetapi, bukankah setiap gerakan itu memerlukan gesekan?

F1 misalnya, mahluk yang juga disebut jet darat ini tidak akan mampu melesat seperti jet jika tidak ada gesekan. Pesawat sekalipun harus mengalami gesekan salama terbang di udara. Dengan kata lain, rintangan itu akan semakin memurnikan seberapa Mestakung 2kuat keinginan kita untuk berubah. Maka, tidak salah kan saya optimis, walaupun KPK misalnya terus dicoba digoyang?

Saya semakin yakin, fenomena terpilihnya Jokowi sebagai Presiden Republik Indonesia, merupakan titik dimana MESTAKUNG itu sedang berlangsung. Dengan revolusi mental yang diusung, gerakan massal untuk kehidupan yang lebih baik semakin terasa. Tidak hanya pemerintah, akan tetapi juga di setiap kalangan dengan sendirinya harus berubah. Maka tepatlah apa yang pernah dikatakan B.J. Habibie, sungai yang gembur akan lebih mudah dijernihkan dengan hulu yang bersih. Bagi saya Jokowi adalah personifikasi dari hulu yang jernih itu.

Ridwan Kamil yang tidak jadi maju ke DKI-1 menjadi bagian dari MESTAKUNG di negri ini. Dengan indah Emil mengatakan “Indonesia itu tidak hanya Jakarta”. Pemimpin yang memang mengabdi untuk rakyat tidak perlu saling sikut untuk satu kursi karena masih terlalu banyak wilayah yang merindukan pemimpin yang melayani.

Risma di Surabaya, Ganjar di Jawa Tengah, Ahok di Jakarta, Ridwan Kamil di Bandung, dll. Di SUMATER UTARA  ADA SIAPA?????

Ketika dulu pak Jokowi dideklarasikan bersama PDI-P untuk RI-1, saya sempat berdebat dengan teman. Tentu saja saya berda di pihak pendukung. Karena saya yakin, JOKOWI akan mampu menjadi hulu yang jernih. Benar, menurut saya, semakin banyak pemimpin yang maju untuk melayani.  Revolusi mental sedang berjalan, mestakung sedang menggelora.

Kita sebagai rakyat, rajutlah mimpi kita masing-masing. Bangunlah kehidupan yang kita inginkan.  Akan tetapi hidup ini adalah pilihan. Di tahun 2025, apakah anda sudah memiliki impian mau menjadi seperti apa? Saya sudah dan saya akan sampaikan kepada semua orang pada tahun 2025. Sampai jumpa kehidupan yang lebih baik di 2025,








Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.