Kolom M.U. Ginting: Mitos dan Sejarah Batak

M.U. Gintingkudin tneh 1DNA Karo dan Gayo sudah berumur 5.000 tahun dari keterangan arkeolog Ketut Wiradnyana dalam seminar mitos sejarah Batak di Unimed. Anyaman dan kerangka/ fosil yang ditemukan sudah berumur 7.400 tahun dalam keterangan lalu dari penemuan arkeologis USU di bawah Ketut. Sedangkan grup manusia yang dinamakan orang Batak baru berumur 700-800 tahun menurut hasil galian arkeolog Ketut. Jadi sudah tak mungkinlah pembicara utama seminar ini ngomong lagi soal Karo sebagai bagian dari Batak.

Apakah dengan begitu pencerahan KBB (Karo Bukan Batak) sudah tak diperlukan lagi?

Masih sangat banyak orang Karo maupun orang Batak dan orang-orang Indonesia lainnya maupun orang luar negeri yang belum pernah baca atau dengar soal penemuan dan keterangan ahli-ahli akademik ini. Karena itu, masih harus diteruskan pencerahan KBB.

Lihatlah misalnya gereja Karo GBKP yang masih jauh dari info ini. Bukan karena mereka malu atau tak mau, tetapi belum pernah baca dan belum pernah dengar perkembangan terakhir soal ilmu pengetahuan, adalah alasan yang lebih masuk akal.


[two_third]pengaburan aksara Karo[/two_third]

Uli Kozok sendiri masih belum memperbaiki pengaburan aksara Karo yang dia sebut ‘aksara Batak’. Terutama dalam pembagiannya ada 5 aksara Batak, di situ termasuk aksara ‘Batak Karo’ katanya. Padahal jelas bahwa aksara itu aslinya adalah aksara Karo, terlihat dari huruf-huruf yang hanya bisa diucapkan oleh orang Karo.

Di samping itu, tak mungkin 5 suku (Toba, Karo, Mandailing, Pakpak, Simalungun) bersamaan waktu menemukan atau menciptakan huruf-huruf yang sama atau hampir sama (kecuali 3 huruf yang hanya bisa diucapkan orang Karo). Harus ada yang mencipta dan yang lain menirukan. Jadi dalam soal aksara ini harus ada yang menciptakan lebih dulu dan Batak-batak lain menirukan saja. Menjiplak yang mereka bisa ucapkan dan meninggalkan yang tak masuk dalam ucapan lidah mereka.

Kozok tidak menjelaskan persoalan ini, terutama karena dia juga bukan orang Karo, tak bisa mengucapkan bunyi huruf itu dalam bahasa Karo.

Selain itu KBB adalah bagian dari fenomena sejarah dalam ethnic competition Indonesia dan dunia, dalam ethnic//cultural revival dunia. Dan juga adalah pencerahan penting dalam cultural revival Karo, dalam revolusi keadilan bagi semua kultur terutama kultur etnis-etnis minoritas dunia. KBB adalah fenomena sejarah ethnic revival Karo dan Karo renesans. KBB adalah gerakan pencerahan dan perjuangan keadilan bagi semua kultur.

Berita terkait:

Seminar Mitos dan Sejarah Batak di Unimed

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.