RS Mitra Sejati Telantarkan Pendeta Pasien Penyakit Jantung

imanuel sitepu 3IMANUEL SITEPU. MEDAN. Pelayanan Rumah Sakit Mitra Sejati yang terletak di Jl. AH Nasution kembali menuai kekecewaan. Seorang pasien penderita penyakit jantung Pdt. Erikson Debataraja (54), warga Jl. Penampungan (Kecamatan Namorambe, Kabupaten Deliserdang) mengaku ditelantarkan rumah sakit ini.

Saat ditemui oleh Sora Sirulo di kediamannya kemarin [Sabtu 9/1: sekira 08.00 wib],  dengan wajah lesu bapak pendeta ini mengenang kejadian pilu yang hampir saja merenggut nyawanya [Senin 4/1: sekira 02.30 wib]. Saat itu, Erikson tiba-tiba merasa nyeri pada dada bagian kanan. Karena mempunyai riwayat sakit jantung, Erikson yang juga mantan tenaga medis ini tidak mau mengambil resiko. Ia pun meminta kepada istri beserta anaknya agar diantar ke rumah sakit.

“Senin yang lalu saya merasakan sakit di jantung. Saya memang selama ini mempunyai sakit jantung, bahkan pernah terjadi pembengkakan. Karena tidak tahan merasa sakit, saya minta antar ke rumah sakit. Saya pun diantar ke Rumah Sakit Mitra Sejati, sekitar 03.00 pagi,” ucapnya.

Begitu sampai di rumah sakit, dia pun mendaftar sebagai pasien menggunakan kartu Askes. Untuk menerima layanan prima, dia meminta diopname di Kelas VIP dengan persyaratan pertambahan biaya Rp 800 ribu. Permasalahan dimulai begitu saya ditempatkan di Ruangan Amarilis Kamar No 1. Ketika seorang perawat ingin memasang jarum infus pada saya, saya pun menanyakan dokter yang menangani saya.




“Saya lupa nama perawat itu. Tapi saya bilang ke perawat itu, saya butuh dokter bukan infus. Karena, walaupun saya harus diinfus tidak lain karena anjuran dokter bukan anjuran perawat,” ucapnya dengan kecewa.

Ketika itu, perawat wanita itu menjawab. “Dokter lagi keluar kota, dan sekarang sedang di (Bandara) Kuala Namu menuju kemari (rumah sakit),” ucap Erikson menirukan perkataan perawat.

Mendengar penjelasan perawat, Erikson dan keluarga sedikit tenang. Dalam benaknya, sebentar lagi dia akan ditangani dokter meski masih menahan rasa sakit. Mirisnya, meski dokter belum datang, namun perawat tersebut meminta kepadanya agar melakukan cuci darah.

“Karena tak tahan merasa sakit, saya pun menyutujui. Setelah menuju tempat pencucian darah, tiba-tiba saya merasakan sakit yang berlebihan. Sehingga saya dan keluarga mengurungkan untuk mencuci darah. Akan tetapi, perawat seakan mengerti dan menghentikan proses yang baru saja akan dilakukan dan membawa saya kembali ke ruangan Amarilis Kamar 1 di lantai 3,” bebernya.




Waktu pun terus berjalan, dokter yang dinanti ternyata tak kunjung datang. Jelas saja saya jadi emosi.

“Mana dokternya, kenapa belum datang ?” Saat itu, perawat itu pun menjawab, “Sudah dekat, pak, sabar ya,” ucap perawat itu mencoba menenangkan Erikson.

Jam seperti berjalan cepat tak terasa sudah menunjukkan Pkl. 23.00 wib. Hitungannya sudah 20 jam kurang lebih Erikson menunggu kedatangan dokter yang dijanjikan dan tak kunjung muncul. Keluarga pun sepakat untuk membawanya keluar dari RS Mitra Sejati dan menuju rumah sakit lainnya.

Parahnya perawat sempat bilang kalau Erikson harus dirawat dulu selama sepuluh hari baru boleh ke rumah sakit lain sebelum beranjak pergi. Kekesalan keluarga meningkat mendengar perkataan perawat yang tak berdasar itu.

“Tapi saya tau aturan Askes.  Daripada sakit saya makin parah, saya bisa mati menunggu di situ. Akhirnya saya dan keluarga  memutuskan untuk tetap pindah rumah sakit,” jelas Erikson seraya minta agar wajahnya jangan dilampirkan di koran dengan alasan kalau ia adalah seorang Pendeta.

Sementara itu pihak RS Mitra Sejati melalui Humasnya, Erwin Lubis, saat dikonfirmasi  wartawan hanya mengatakan bahwa ia sedang sibuk mengikuti rapat.

“Nanti saya cari info dulu karena baru siap rapat,” jawab Erwin melalui pesan singkat.



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.